CHAPTER 1
Tittle :: Mr. Ferocious
Genre :: Nano-Nano *Plaaakk*
Cast :: Kim Jaejoong, Park YooChun, Shim Changmin, others
WARNING :: => Amburadul, berantakan, EYD ancur, Typos berhamburan, Jelek, Garing kayak Maicih, Alur lelet kyk Ddangko, GA BANGET...!!! #ngumpet d kolong#
=> Kritik, Saran, Flame, Bashing dan lainnya aku TERIMA, asal untuk perbaikan ^0^
=> Last, ini fict pertama yg aku post. Ga pede juga sebenernya. Gggrh.. jadi mian ne kalo menimbulkan efek samping mules2 =,=
.: Inspirated/sanduran by Miss Jutek Novel :.
Well, Hope u like it... ^^
Genre :: Nano-Nano *Plaaakk*
Cast :: Kim Jaejoong, Park YooChun, Shim Changmin, others
WARNING :: => Amburadul, berantakan, EYD ancur, Typos berhamburan, Jelek, Garing kayak Maicih, Alur lelet kyk Ddangko, GA BANGET...!!! #ngumpet d kolong#
=> Kritik, Saran, Flame, Bashing dan lainnya aku TERIMA, asal untuk perbaikan ^0^
=> Last, ini fict pertama yg aku post. Ga pede juga sebenernya. Gggrh.. jadi mian ne kalo menimbulkan efek samping mules2 =,=
.: Inspirated/sanduran by Miss Jutek Novel :.
Well, Hope u like it... ^^
Paris, di sebuah Mansion
"Semuanya sudah disiapkan, Tuan muda. Mobil sudah menunggu, Anda tinggal berangkat."
"Yakin? Tak ada yang ketinggalan, Rain?"
"Yakin sekali, Tuan muda. Semuanya sudah saya siapkan termasuk pesanan pribadi Anda."
Namja
muda yang berdiri di depan jendela itu diam. Ia menebarkan pandangan
pada gedung-gedung megah di depan matanya dengan tatapan dingin.
'Paris... ahhh, aku sudah sangat bosan hidup di sini.'
Kemudian
ia beranjak meninggalkan tempat berdirinya, berjalan tegap menuju
pintu. Rain, tangan kanan pribadi Jaejoong itu menundukkan sedikit
tubuhnya ketika dilewati Jaejoong. Di luar, beberapa orang pengawal
berpakaian serba hitam membukakan pintu mansion elit itu, mengawalnya
hingga ia masuk ke dalam mobil.
Jaejoong masuk tanpa sepatah kata pun. Bibir cherry miliknya terkatup rapat, pikirannya melayang liar dengan dada bergemuruh.
'Hutang itu telah berbunga berkali-kali lipat...'
__________####__________
Yoochun
menarik napas panjang untuk kesekian kalinya. Ia kesal karena harus
menunggu dan juga waktu tidurnya harus kepotong. Hampir dua jam ia
menunggu.
Pagi-pagi tadi ia dipanggil oleh rektor kepala untuk
membicarakan sesuatu. Tapi apa yang ia dapatkan? Duduk menunggu tanpa
kepastian. Padahal matanya menginginkan untuk dipejamkan lagi.
Beberapa menit kemudian, pintu rektor terbuka. Yoochun segera mengatur duduknya, membusungkan dadanya agar terliat tegap.
"Tentu
saya akan mengaturnya. Jangan khawatir," ucap rektor kepala sopan
kepada seorang pria yang bertampang dingin, ia menggunakan jas serba
hitam dan juga kacamata hitam yang langsung pergi.
Yoochun menatapnya hingga ia menghilang dari pandangannya.
'Siapa itu? Sepertinya orang penting'
"Yoochun! Kemarilah, cepat!" Sifat ramah rektor itu langsung berubah.
Yoochun bangkit dari duduknya dan mengikuti rektor itu.
"Apa maksudnya? Jadi saya harus menjaga siapa itu tadi? Jaejoon, Jaejeong..."
"Jaejoong," jawab rektor itu membenarkan.
"Itu
tidak mungkin, Sonsaengnim. Bukankah semua mahasiswa baru harus
di-ospek? Selama ini kita tidak membeda-bedakan status dan golongan!"
protes Yoochun.
"Aku tahu, selama ini kau adalah ketua senat
mahasiswa yang disiplin. Tapi, kali ini universitas kita akan
mendapatkan mahasiswa baru yang benar-benar khusus. Sudah kujelaskan
tadi. Kim Jaejoong harus mendapatkan perlakuan khusus, karena dia bukan
orang sembarangan!"
"Bukankah selama ini Seonsaengnim selalu disiplin dan keras dalam menegakkan peraturan, tapi..."
Yoochun menghela napas panjang.
"Maaf,
saya tidak dapat menerima tugas ini, Sonsaengnim. Saya bahkan tidak
kenal dengan Kim Jaejoong.... dan apa hubungannya dengan multimilioner
Kim Siwon itu?" lanjut Yoochun.
"Putranya." sahut rektor itu cepat.
"MWO!!" Yoochun membelalak, mulutnya ber-O ria.
"Putranya, Yoochun. Karena itu, kamu harus menjaganya." Rektor itu bangkit dari kursi kebesarannya.
"Dengar,
Yoochun! Anak ini tidak hanya mampu membeli universitas ini. Tapi ia
juga mampu membeli semua karyawan berikut mahasiswa-mahasiswa di sini.
Termasuk kamu, kakek nenekmu, umma appamu, kakak adikmu,
saudara-saudaramu, tetanggamu atau siapa pun lagi. Saya ulangi sekali
lagi, mem-be-li !!" tegasnya. Tatapan itu berbau materialistis.
Yoochun terduduk lemas. Ia meremas kepalanya yang terasa berdenyut.
'Mimpi apa aku semalam?' batinnya.
___________#####_____________
Suasana
menegangkan begitu terasa di lapangan Universitas Inha. Kumpulan calon
mahasiswa sedang mengikuti kegiatan 'pembantaian'. Mereka semua
ketakutan, harap-harap cemas menanti nasib apa yang mereka dapatkan
nantinya. Tapi cuma satu harapan mereka semua, selamat dari hukuman.
Mereka tidak ingin seperti salah satu murid yang sedang mengitari
lapangan super luas itu dengan melompat seperti katak.Sudah sejak sejam
yang lalu, ia terus melompat-lompat. Ada juga yang mahasiswa yang
memanjat pohon sambil terus berteriak memohon ampun.Masih banyak lagi
berbagai macam bentuk pembantaian lainnya.
Saat itu
seorang namja berambut hitam dengan poni spike berjalan tegap dengan
tatapan dingin. Ia melirik sekilas ke arah mahasiswa yang dihukum tadi.
Ia menyeringai sinis dan kembali berjalan. Namja itu mengenakan kaos
v-neck hitam lengan panjang yang memperlihatkan dada putihnya, kalung
rantai dengan bandul cincin yang bertengger indah di leher jenjangnya,
jeans hitam ketatnya juga terlihat begitu pas di kaki ramping itu, tak
lupa dengan sepatu boot berwarna senada yang membuatnya begitu tampan
dan manly. #Umma di Get Out MV ^^#
Yaah, meskipun tak dapat dipungkiri, jika wajah itu tetap memancarkan kecantikannya.
"Ya
ya!! Liat, Siapa itu? Aku tidak pernah melihatnya." Yeoja dengan
dandanan centil itu langsung berbinar-binar. "Sepertinya malam minggu
besok aku tidak kesepian lagi," lanjutnya. Tak peduli lagi dengan
tugasnya sekaligus kekasihnya yang kaget mendengar itu, ia menghampiri
namja itu. Senat-senat yang lain langsung menoleh dan ikut menyusul.
"Ya!! Kau yang lewat, berhenti!" Tidak ada respon.
"Cih, sombong sekali dia. YA!! Berhenti kubilang!" teriak Seungri kesal. Ia berlari menghampiri namja cantik itu.
"Tuli, eoh? Di suruh berhenti malah jalan terus. Takut, hmm?" Jun Ki memegang bahu namja itu dan membaliknya paksa.
Tak suka disentuh, namja cantik itu menepuk pelan bahunya berusaha menghilangkan debu yang menempel karena sentuhan tadi.
"Takut?" Ia tersenyum sinis.
"Mahasiswa baru harus ikut ospek. Kau mau kabur, eoh? Jangan harap bisa kabur! Nama, angkatan, jurusan?!"
bentak Hyun Joon.
Jaejoong membuang muka, mendengus meremehkan.
"Ospek? Seperti itu?" Jaejoong melirik ke mahasiswa yang dihukum.
"Buang-buang waktuku saja!" Jaejoong melempar senyum mematikan ke arah yeoja centil tadi.
"Bukankah lebih baik waktuku kuhabiskan bersamamu, cantik? Siapa namamu?" Jaejoong menghampirinya.
"Yak!! Jangan macam-macam dengan kekasihku!" sahut Seungri.
"Jessica. Namaku Jessica," ucapnya dengan nada dibuat sebagus mungkin.
Yahh, meskipun lebih terdengar menjijikan.
Tak peduli dengan keadaan sekitar, Jaejoong menghampirinya. Dibelainya pipi putih yang terbungkus bedak tebal itu.
"Kau sangat cantik, Agassi. Tapi akan lebih pantas jika kau berada di Pinkers Bar," ucap Jaejoong dingin.
"Disana
kau akan lebih dibutuhkan," lanjutnya masih dengan senyum mengerikan,
kemudian ia membuang muka Jessica yang tadi sempat ia belai. (Pinkers
Bar = tempat kupu-kupu malam)
Jessica yang kaget mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa diam.
Seungri tak terima kekasihnya dihina, menarik kasar tangan Jaejoong.
Ia
melayangkan tinjunya tepat ke arah wajah Jaejoong. Tapi naas, ia hanya
memukul udara kosong karena Jaejoong sangat gesit menghindari pukulan
itu.
BUUUGGH..!!
Bogem mentah mendarat tepat mengenai rahang kiri Seungri. Jaejoong menyeringai puas.
Suara
tepuk tangan dengan cepat menghiasi suasana tegang itu. Para mahasiswa
yang tengah dijemur tadi, bersorak riang. Mereka senang karena dendam
mereka terbalas secara tidak langsung.
Seungri menatap Jaejoong dengan tajam, ia hendak membalasnya. Namun......
"Berhentiiiiiiiii....!!!!" Mereka menoleh ke sumber suara, Yoochun berlari tersengal-sengal.
"Ada
apa ini?" tanyanya. Ia melirik ke arah Seungri dan juga luka di ujung
bibirnya, Jessica yang menangis dengan wajah merah padam menahan malu,
dan juga semua senat yang ada disitu dengan wajah masam.
Belum
lagi para mahasiswa yang meneriakkan berbagai macam kata untuk
melecehkan para senat. Yoochun langsung tanggap kepada siapa semua itu
ditujukan.
"Kau yang bikin keributan ini?" tanya Yoochun baik-baik.
Jaejoong
tidak menyahut, ia malah mengamati Yoochun dari ujung kepala hingga
ujung kaki dengan pandangan meremehkan, lalu ia membuang muka tidak
peduli.
"Eh, aku bertanya padamu, siapa namamu?"
"Apa urusanmu tahu namaku? Dan apa untungnya aku memberitahumu, huh??!!" Yoochun menghela napas panjang.
"Oke,
kita clear-in masalah ini. Aku tanya baik-baik, siapa namamu dan
angkatan berapa? Kau anak baru, kan? Aku belum pernah melihatmu." Sabar
Yoochun.
"Jaejoong. Kim Jaejoong!" Ia menatap tajam ke arah Yoochun.
Kasak-kusuk
tentang nama itu, membuat para mahasiswa yang berkumpul segera membuat
gosip versi masing-masing. Gosip tentang nama 'Kim'.
Mendengar nama itu, Yoochun tersentak, buru-buru membuang kagetnya.
"MWO!!! Kim Jaejeong?? Eehh... BUBAAAAAARR....!!!"
"Yak! Park Yoochun! Dia sudah mukul Seungri! Dia juga sudah menghina Jessica!" Lapor Jun Ki dongkol.
"Sudah, bubar saja! Sebelum ada yang datang," panik Yoochun
"Sejak kapan kau jadi pilih kasih, eoh?" Tuding Hyun Ki sebal.
"Bubar dulu! Nanti aku jelaskan, percayalah! Seungri-ah, gwaenchana?"
Seungri
tidak menjawab. Ia membalikkan badan dan pergi begitu saja. Senat-senat
lain pun mengikutinya. Mereka semua sebal, ditambah lagi dengan
teriak-teriakkan mahasiswa baru yang mengejek. Ingin rasanya Seungri
menghilangkan ingatan mereka semua tentang kejadian tadi. Sangat sangat
memalukan.
"Dia tadi keren sekali. Ekspresinya itu
benar-benar menarik. Keren!" Komentar Luna yang dari tadi diam saja
dengan mata berbinar.
"Tapi menurutku dia cantik." sahut Hong Ki
"Diam kalian berdua!!" Bentak Seungri.
"Siapa sih dia?? Namja bukan yeoja juga bukan,"
__________#####__________
"Siapapun kamu, jangan membuat masalah di sini!" kata Yoochun
"Aku? Teman-temanmu yang membuat gara-gara denganku! Ciih..!!"
"Mereka hanya iseng, Jaejeong!"
"Jaejoong!" sahut Jaejoong membenarkan.
"Yoochun, Park Yoochun."
"Aku tidak tanya namamu!" Yoochun hanya meringis malu.
"Rektor
bodoh itu salah memilih orang sepertimu untuk menjagaku. Kau tak perlu
menjagaku!! Jaga dirimu sendiri saja masih tidak bisa!"
"Siapa yang mau menjagamu? Aku? hahahaha..." tawa Yoochun dengan lantang.
"Jangan
main-main denganku atau kau akan menyesal!" ancam Jaejoong karena tidak
suka ditertawakan. Kemudian, ia berlalu. Yoochun hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggaruknya walau tak gatal.
/
___________####__________
Jam istirahat begini tentu saja hanya satu tujuan utama anak-anak Inha, Cafetaria.
"
Ehmm... Body? Aku kasih 6,5, depan belakang rata semua. Nyam...nyam..."
komentar Chansung di sela-sela acara makannya. "Muka 7 lah, tidak
terlalu jelek," lanjutnya.
"Ckck, kebagusan 7. Itu muka keberatan make up. Aku kasih 6." protes Wooyoung.
"Kehitaman rambut 4. Nyam...nyam..."
"Itu dicat, Babo!!" Kali ini Junho ikut protes.
Segerombolan namja tengah asyik menilai setiap ada yeoja yang melintas di depan mereka.
"Tahun ini jelek-jelek, tidak menarik," rungut Jay.
"Tampangnya masih pada polos tapi manja," sambung Chansung.
Mereka terus saja berceloteh ria, sambil sesekali bersuit-suit untuk menggoda yeoja-yeoja di situ.
"Kemarin
gimana, Tae? Ceritakan pada kami pengalamanmu itu!" Taecyeon yang dari
tadi sibuk dengan makanannya, mendongakkan kepala menatap Wooyoung.
Ia tertawa kecil, lesung pipinya membuat tawa itu semakin manis.
"Benar-benar pengalaman tak terlupakan," jawabnya masih dengan senyum menghiasi bibir itu.
"Kau 'mendapatkannya', eoh??" timpal Junho penasaran.
"Yeah, I'd got it!"
"Yaaah.... kau memang rajanya, Tae."
Wooyoung
kagum dengan namja maskulin itu. "Hye Jin 'kan bukan gadis yang mudah
dirayu. Ckck, kau memang hebat, Tae. Beruntung sekali kau dapat yang
sensasional seperti dia." Jay juga kagum pada sahabatnya itu, tapi juga
iri. Terlihat dari cairan bening yang siap mengalir dari ujung bibirnya
itu.
"Body 9, wajah 9, kulit 9, hanya rambut yang 5. Rambutnya mirip rambut jagung, merah."
Komen Chansung kembali menilai.
"YAK!!
BABOYA? Itu rambut dicat, Chansung sayang! Sudah mulai buta warna,
eoh?" sahut Wooyoung kesal sambil mengelus rambut Chansung yang masih
'memamah biak'.
"TAE...!! hhh... hh... hhhh.... Ada berit....aa.
ba...ruu..." ucap Nichkhun tiba-tiba. Sepertinya ia habis maraton untuk
menemui mereka.
Setelah duduk dan menyambar minuman yang entah milik siapa, ia langsung memasang wajah serius.
"Wae?? Sepertinya serius sekali," tanya Taecyeon tenang.
"Kalian
tak akan percaya ini," Nichkhun diam sesaat. Menunggu reaksi
teman-temannya itu, tapi sepertinya ia salah sangka. Mereka semua hanya
diam menatap Nichkhun.
"Kalian masih masih ingat Jaejoong?"
"Jaejeong? Nugu?" tanya Jay.
"Aishh, bukan Jaejeong tapi Jaejoong. Ingat??" tanya Nichkhun.
"Jaejoong... Jaejoong... Ahh, Kim Jaejoong?" sahut Junho tanggap. Nichkhun menyeringai.
"Eungh... Jaejoong 'Situs'??" Giliran Wooyoung yang bertanya untuk memastikan.
"Yupz, kalian benar."
"Wae???" tanya Taecyeon tidak sabar.
"He's back." jawab Nichkhun singkat namun mengenai sasaran.
"MWOO..!!!!" Mereka terbelalak.
"Dia di sini. Aku tadi melihatnya di lapangan. Kalian tahu apa yang dia lakukan?" Mereka menggeleng.
"Dia mukul telak wajah Seungri hingga berdarah!"
Suasana tegang di bangku mereka itu begitu terasa. Taecyeon membenarkan posisi duduknya.
Tak bisa dipungkiri bahwa hatinya cemas mendengar itu.
"Dia benar-benar sudah berubah. Tidak seperti enam tahun yang lalu." lanjut Nichkhun.
"Kau tidak sedang akting bukan??" tanya Chansung yang sudah berhenti mengunyah. Nichkhun menggeleng mantap.
"Tae, aku rasa ini kabar buruk. Setelah enam tahun berlalu dan sekarang tiba-tiba datang ke kampus ini, aku rasa ada sesuatu."
Taecyeon
tak bergeming mendengar Nichkhun. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Kedua tangannya saling meremas, tangan itu menopang wajahnya.
Sileut bayangan tentang kejadian itu terus berputar cepat seperti sebuah kaset yang diforward.
Kegelisahan mulai menghantuinya.
'Kenapa kemari? Kejadian itu sudah sangat lama. Ya, enam tahun telah berlalu. Kenapa sekarang?'
_____________######_____________
"Ya,
benar. Dia memang Jaejoong putra tunggal Kim Siwon yang sering orang
tafsir nilai kekayaannya," jelas Yoochun kepada senat-senat lain.
"Yang baru membeli saham perusahaan besar di Paris?" "Itu... yang punya properti Hilton Hill? Si raja properti itu?"
"Terus rumah yang minimal bernilai 5 M?? Hhiiii...." Jessica bergidik ngeri.
"Ne.
Kalian semua benar. Dia mampu membeli apa saja, termasuk universitas
tercinta ini, berikut pegawai-pegawai, siswa-siswa, dan semua penghuni
di sini termasuk kalian semua!" Yoochun meng-copy ucapan rektor.
"Tapi
Chun, kenapa dia milih universitas ini? Kenapa tidak di Dong Bang
University yang memang tempatnya orang-orang elit seperti dia?" tanya
Jun Ki pada Yoochun.
"Nan molla," jawabnya singkat.
"Untuk
amannya, lebih baik kita tidak mencari gara-gara dengannya. Rektor saja
takut padanya, kita jauhi saja dia. Dia benar-benar anak emas di
kampus ini. Apapun kesalahannya, dia tetap benar." Warning Yoochun.
Sesaat ia mimijit pelipisnya yang berkedut.
"Aku benci Jaejoong."
"Aku juga..."
TBC Chap 1 part 2..
0 komentar:
Posting Komentar