Title :: Drag and Drift King / (2 DK)
Genre :: Action, lil romance.
Cast :: YunJae & Others
Rating :: A (Aman) :D
Length :: Two shoot
Author :: Dadonk Elf (Me)
Warning :: EYD pas (Ejaan Yang Diinginkan), typos, Boy x Boy, bad, freak, enggak banget, dll.
Desclaimer :: YunJae is not mine but this FF IS MINE!!
Notes :: HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH TUHAN YME.
=====================================
Jaejoong berdiri terpaku di tempat ketika melihat beberapa foto yang terpajang di mading Dong Bang University. Darahnya berdesir. Wajahnya memerah menahan marah. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Kedua matanya mengkilat tajam. Foto ini. Foto saat ia berciuman di malam itu. Meskipun hanya wajah Jaejoong yang terlihat. Tapi, tetap saja ini berbahaya.
Siapa yang melakukannya? Bagaimana bisa ada di sini? Terpajang tanpa sepengatahuan dan izinnya. Siapa pelakunya?
Jaejoong memejamkan matanya, mencoba mengumpulkan semua memorinya. Mencari tahu siapa kiranya orang-orang yang menjadi musuhnya. Beberapa kilatan orang-orang yang mungkin menbencinya berkelebat tak beraturan. Sampai akhirnya bayangan tentang Ketua, kelompok musuh, dan peraturan itu tercetak jelas di benaknya.
Namja cantik itu terbelalak. Nafasnya tercekat begitu ia ingat tentang peraturan dan hubungannya dengan namja bermata musang, Yunho. Kebohongan dan aktingnya sudah terbongkar. Ini sudah dimulai.
Dengan tidak peduli, ia berlari mengabaikan mahasiswa lain yang menatapnya sembari berdesas-desus tentang foto dirinya. Secepat mungkin ia berlari ke ruang redaksi yang mengurus mading. Tidak mungkin ketua dari kelompoknya, Xiah atau Junsu yang turun tangan mengatasi bawahannya. Pasti ada seseorang yang menjadi perantaranya.
BRAKKK!
Jaejoong membuka kasar pintu kaca ruang direksi, membuat suara gaduh karena handle pintu yang terbentur tembok. Puluhan pasang mata menatap Jaejoong heran. Namja cantik yang tengah menahan amarahnya itu melangkah menuju seorang namja berwajah kekanakkan. Seseorang yang ia kenal dan akrab di kampusnya.
"Siapa yang bertugas mading hari ini?" tanya Jaejoong berdiri di depan meja dan membuat pemiliknya menghentikan kegiatan menulisnya.
"Oh, Jae Hyung! Wae?" tanya namja bertubuh tinggi itu. Jaejoong mengulang pertanyaannya.
"Apa ada masalah, Hyung? Ahh, k-kau sudah melihatnya? Apa kau marah, Hyung?"
Jaejoong semakin geram karena pertanyaan tidak dijawab. "Cepat katakan saja, Changmin~ya!" desisnya.
"A-aku tidak tahu siapa yang memasang itu, Hyung." Changmin menatap Jaejoong takut. "Tanyakan saja pada Minwoo sunbae, Hyung."
Jaejoong segera beranjak menuju ruangan yang terpisah milik ketua redaksi. Pintu terbuka kasar. Tanpa ragu, Jaejoong kembali melempar pertanyaan yang sama.
"Siapa yang menempel foto-foto itu?" tanya Jaejoong membuat namja tampan dengan wajah dinginnya, Minwoo mendongak dan menatap Jaejoong tidak peduli.
"Entahlah," jawab Minwoo singkat, lalu ia kembali mengamati kertas-kertas laporan. Mengacuhkan tamunya.
BUAGHHH!
Jaejoong yang geram mendengar jawaban itu, langsung menarik kerah kemejanya dan memukul wajah sang ketua organisasi. Minwoo jatuh terduduk. Ia mengusap pipinya yang panas. Desisan kesal bercampur marah keluar dari bibirnya.
"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH??!!" bentaknya marah.
"Katakan siapa yang memajang foto-foto itu. Aku tidak akan mempermasalahkannya. Kalau kau mau, kau boleh menempelkannya di setiap sudut kampus ini. Tapi, aku hanya perlu tahu siapa yang menempelkan foto-foto itu," ucap Jaejoong dingin.
Ia yakin, Minwoo tahu orangnya. Jaejoong tak habis pikir, kenapa di saat terdesak seperti ini, orang-orang tidak ada yang mau memberikan jawaban. Tunggu! Apa mereka diancam?
"Sudah kukatakan aku tidak tahu!"
"Ck, kau merepotkan, Hyung." Jaejoong yang bergumam marah, lalu pergi dari tempat itu. "Kalau memang tak ada yang seorangpun yang mau mengatakannya, akan kupakai caraku sendiri agar kalian mengakuinya," batinnya.
♥•*¨*•.¸¸ 2 DK ¸¸.•*¨*•♥
Siang hari di kampus Dong Bang yang biasanya terlihat para mahasiswa berlalu-lalang, kini mendadak sepi. Namun jika diperhatikan, kerumunan mahasiswa yang heboh di halaman parkir di depan kantor direksi itu lebih menarik perhatian.
Suasana ricuh sekaligus menegangkan membuat banyak mahasiswa terpaku di tempat dan harap-harap cemas melihat obyek di tengah kerumunan. Beberapa dari mereka berlarian menjauh dari tempat itu. Tapi, tidak sedikit pula yang berdatangan.
"KIM JAEJOONG SUDAH GILA! DIA AKAN MEMBUNUH ORANG!" teriak seorang mahasiswa tak jauh dari kerumunan.
"MWO?! MANAAAA?" Merekapun berlarian ke TKP karena penasaran.
Di tengah kerumunan terlihat mobil Nissan Skyline putih yang menderum. Jaejoong yang ada di dalam sana. Ia tengah memasang sabuk pengaman sembari memanaskan mesin. Wajahnya dingin. Tatapan mata yang tajam dan menyiratkan kekesalan tertuju pada gedung di depannya. Ya, gedung itu adalah kantor direksi.

> Nissan Skyline <
BRRRUMMMM.. BRRRUMMMM..
Jaejoong menginjak gas. Handbrake ditarik. Roda belakang mobil itu berputar sangat cepat. Membuat badan mobil meliuk ditempat. Gesekan antara ban mobil dan aspal menghasilkan asap. Bukan asap biasa, namun asap berwarna merah. Tentu saja ini juga bagian dari modifikasi. Debu bertebaran. Bekas ban tercetak jelas di permukaan aspal. Kerumunan mahasiswa panik sekaligus penasaran. Mereka harap-harap cemas.
TOOOOOOTTTTTTT!!!!!
Klakson panjang yang memekak telinga dibunyikan. Seakan memberi tanda untuk tidak mendekat. Semua anggota direksi kelabakan. Panik. Tegang. Lutut mereka mendadak lemas. Minwoo sebagai ketua direksi yang satu-satunya tersadar langsung mengambil langkah. Mendorong beberapa mahasiswa yang terbengong di depan pintu kac.
"MINGGIIRR!! JANGAN DI DEPAN PINTU!!" usir namja tampan itu.
BRRRMMMM... BRRRMMMM...
Jaejoong memainkan gas sembari menatap mahasiswa di dalam kantor yang mulai berlarian bingung. Namja cantik itu mengalihkan pandangan ke arah 2 anak tangga yang ada beberapa meter di depannya. Senyum tipis bertengger di ujung bibir merahnya.
BRRRRMMMM...
Suara mesin mengaum. Kopling diinjak disusul rem tangan dilepas. Ban mobil berdecit. Klakson kembali dibunyikan.
Mahasiswa yang ada di dalam kantor direksi itu terbengong. Sedetik kemudian mereka kembali berhamburan, adu kepala, saling bertubrukan menyelamatkan diri. Beberapa terjatuh di lantai. Mereka berdesak-desakkan ingin keluar, namun tidak mudah mengingat semua orang dengan tujuan yang sama juga berhambur ke pintu. Alhasil mereka hanya bisa adu dorong.
BRRRUUMMMMM..
"MINGGIR! JANGAN MENDEKAT! AWAS!"
"ADUH! JANGAN INJAK KAKIKU!"
"GESER! AKU JUGA MAU LIHAT!"
"SIAPA YANG COLEK-COLEK, HAH?!!"
Bermacam-macam teriakan membahana dan semakin meramaikan suasana. Mereka berebut tempat. Mereka yang berdiri di belakang berusaha maju untuk melihat apa yang terjadi, sedangkan yang di depan kerumunan justru bergerak mundur.
Mobil melesat cepat. Jaejoong menatap 2 anak tangga dan koridor selebar 3,5 meter. Cukup untuk mobilnya menyamping.
Jaejoong menambah kecepatan. Mobil dengan suspensi maksimal yang membuat body mobil bagian bawah hampir menyentuh aspal itu tidak akan bisa melewati 2 anak tinggi tersebut. Tapi, jangan sebut DK kalau Jaejoong tidak punya ide. Tentu saja semua sudah dipersiapkan namja cantik yang hebat itu.
1 meter sebelum anak tangga, Jaejoong menekan tombol hidrolik, cairan seperti oli yang bekerja seperti pengungkit pada suspensi. Membuat body Skyline itu terangkat beberapa centimeter ke atas.
BRRAKK!! BRRAKK!!
Dengan lancar mobil menaiki anak tangga itu. Secepat kilat Jaejoong membanting setir. Gas dan rem dimainkan bersamaan. Mobil meluncur menyamping, memenuhi ruang koridor dan hanya menyisakan beberapa centimeter ruang kosong di tepi tembok koridor. Mahasiswa yang ada di dalam kantor redaksi shock bukan main saat melihat mobil itu semakin dekat dengan pintu kaca selebar koridor yang ada di hadapan mereka.
"AKU!! AKU YANG MENEMPEL FOTOMU, HYUNG!!" pekik Changmin setelah nekat keluar. Matanya terpejam pasrah.
CIIITTTTTTTT...!!!!
Jaejoong menginjak rem. Mobil berhenti seketika. Changmin membuka matanya takut-takut. Ia menatap ke bawah. Hanya berjarak 5 centi antara kedua lututnya dengan body mobil. Ia menghela napas lega dan langsung jatuh terduduk.
Jaejoong keluar dari mobil, menghampiri Changmin yang masih shock. Ia tidak percaya kalau Changmin pelakunya.
"Benar kau pelakunya, Changmin~ah? Katakan yang sejujurnya," ucap Jaejoong pelan namun tegas.
"A-aku tidak tahu, Hyung. Berhentilah, Hyung! Kau menakutkan," rengek Changmin takut. Tangannya memegang kaki Jaejoong.
"SHIT!" rutuk Jaejoong kesal. Ia memutar bola matanya yang hitam. Ternyata Changmin bicara begitu hanya untuk menghentikan aksinya.
Jaejoong mengedarkan pandangannya ke anak-anak lain yang masih pucat pasi di dalam ruangan itu. Ia melirik ke arah sang ketua, Minwoo yang tetap terlihat dingin.
"Ck.. Bangunlah! Dari awal aku memang tidak berniat menghancurkan kantor jelek ini," suruh Jaejoong pada Changmin yang langsung dituruti olehnya. "Bagaimana pertunjukkanku hari ini, Ketua?" tanya Jaejoong sembari mengedipkan satu matanya pada Minwoo yang tak berekspresi apapun kecuali senyum tipis yang dipaksa.
Namja cantik itu bergegas masuk ke dalam mobil yang mesinnya masih hidup. Suara deruman kembali terdengar. Jaejoong menarik tuas handbrake. Gas diinjak dalam. Mobil bergerak di tempat. Setir diputar ke kanan, membuat mobil bergerak miring 45°. Meskipun celah sempit, mobil itu dapat melaju pelan dengan posisi tetap menyamping.
Setelah hampir menuruni anak tangga, Jaejoong memutar kendali menjadi lurus. Tanpa halangan, mobil itu dapat menuruni anak tangga. Kerumunan mahasiswa kompak bergerak mundur. Jaejoong melakukan atraksi sekali lagi.
Setelah mengembali hidrolik ke posisi awal, Jaejoong berputar 360° ditempat. Ban mobil berdecit. Bekas ban yang hitam pekat berbentuk bulat sempurna menghiasi aspal. Asap merah kembali muncul dari roda belakang yang langsung mengudara. Riuh dari kerumunan mahasiswa yang terganggu dengan asap itu mulai terdengar. Namun, tak sedikit pula yang bersorak ria melihat kehebatan Jaejoong.
TOOOOOOTTTTT..!!!!
Klakson dibunyikan. Kerumunan mahasiswa menyingkir memberi jalan. Dengan senyum tipis di bibir Jaejoong, ia mengemudikan mobilnya pergi dari tempat itu. Kabur sebelum ia ditangkap oleh rektor. Amarah yang tadi hinggap di dadanya sekarang telah menghilang. Berbagai ekspresi para mahasiswa yang menggelikan tadi, cukup menghibur dirinya. Sekali-kali tidak apa-apa mengerjai mereka. Bukan begitu? :D
♥•*¨*•.¸¸ 2 DK ¸¸.•*¨*•♥
Jaejoong berjalan santai memasuki pintu Zion Café setelah memakirkan Skyline-nya. Café dengan konsep full laba-laba itu tampak sepi dari luar.
Jaejoong berjalan di antara lorong-lorong berinterior seperti goa. Ia mengamati tiap ruang yang diterangi oleh lampu-lampu berbentuk unik yang terpasang di tiap sudut ruangan itu. Sesekali ia menunduk menghindari stalakmit-stalakmit dari kyristal yang berkilau terkena cahaya lilin labu halloween yang tertata di sepanjang lorong itu. Pada tembok-temboknya terdapat ornamen berbentuk jejak-jejak cicak, sarang laba-laba, sampai tengkorak yang glow in the dark. Café ini sangat unik dan menakjubkan.
Jaejoong mengedarkan pandangannya ke arah kerumunan yeoja sexy yang bergoyang erotis di dancefloor. Bibir merahnya mengulas senyum manis. Tidak ada niat baginya untuk mencicipi tubuh-tubuh yang indah itu. Oh, tentu saja karena ia sudah mempunyai seseorang yang tubuhnya jauh lebih erotis.
Seorang waitress berpakaian hitam dan sexy di depan namun terbuka di belakang itu melambaikan tangan, memberi tanda untuk namja cantik tersebut. Punggung waitress itu terlihat karena hanya berupa rajutan tali-tali tak beraturan. Pipi kirinya terlihat sebuah tatto laba-laba yang berkilau. Kalung diamond little spider di lehernya menambah kesan elit dan sexy. Jaejoong berjalan menghampirinya dengan sekali-kali tersenyum guna menolak ajakan yeoja-yeoja genit yang bergelayut manja di lengannya.
"KING!" teriak seseorang memanggil Jaejoong. Namja imut di seberang sana melambaikan tangan dengan segelas wine di hadapannya.
Jaejoong pura-pura tersenyum dan segera menghampiri namja imut itu. Jujur saja, sebenarnya saat ini Jaejoong tengah takut, cemas, dan waspada jika ingat tentang insiden fotonya tadi. Sekarang seseorang yang ia curigai justru memintanya untuk bertatap muka.
"Apa kabarmu, Ketua? Lama tidak melihatmu," sapa Jaejoong berbasa-basi, kemudian ia memesan segelas wine.
"Hhaha.. Kau tidak berubah. Masih memanggilku Ketua."
"Yeah, dan kau juga masih memanggilku King," balas Jaejoong membuat sang Ketua tertawa.
"Kau tahu, besok lusa Spint akan dilaksanakan? Kali ini tidak seperti biasanya, Hyung."
"Seperti apa itu? Lalu, apa kau juga ikut bermain, Junsu~ah?" Jaejoong untuk sesaat melupakan rasa curiganya. Melihat pembawaan Junsu yang ceria seperti biasa, Jaejoong berpikir positif bahwa ia belum mengetahui hubungan spesialnya dengan King di kubu musuh bebuyutannya.
"Ya, kali ini aku ikut. Tapi tetap kau yang berperan penting, Hyung. Hmm.. bisa dibilang kau selaku seorang King dan orang kepercayaanku, maka seperti biasanya kaulah tokoh utamanya karena yang paling bisa memainkan setiap misi," jelas Junsu santai. "Yah, meskipun kau selalu gagal jika berhadapan dengan King satunya di daerah kekuasaannya," lanjut Junsu terkekeh. Kedua matanya hanya terlihat segaris. Jaejoong ikut tertawa.
Mereka terdiam dan justru saling menyibukkan diri dengan aktivitas masing- masing. Sunyi menyelimuti keduanya. Hanya suara musik yang menyentak jiwa yang terdengar begitu berisik di telinga. Jaejoong menggoyang-goyangkan gelas wine-nya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Satu pertanyaan yang sudah lama ia ingin sampaikan kepada namja imut itu, kini menari-menari di kepalanya.
"Su-ie, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Jaejoong tanpa mengalihkan pandangan dari gelas wine-nya.
"Uhmm."
"Aku akan bertanya sebagai teman baikmu, dan bukan sebagai seorang yang kau percayai, seorang King, atau apapun itu. Jadì, kuharap kau bisa bercerita dengan leluasa. Oke!" Jaejoong tersenyum tulus dan manatap lembut ke bola mata hitam Junsu.
Junsu menaikkan sebelah alisnya. "Oke," jawabnya antusias dengan tersenyum manis.
Jaejoong ikut tersenyum. "Jujur, sampai sekarang aku masih tidak mengerti kenapa kau selalu mempercayaiku dalam misi dan juga kenapa kau tidak pernah mengambil peran penting dalam setiap permainan? Bukan karena aku tidak mau menjadi orang kepercayaanmu, Su-ie. Tapi, aku yakin kau lebih hebat daripada skill milikku. Bukankah kau Ketua?" tanya Jaejoong membuat Junsu tersentak. Raut wajahnya berubah.
Namja imut itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaejoong. Ia meraih gelas wine-nya, lalu menegak perlahan hingga menyisakan sedikit di dasar gelasnya. Ia mendesah panjang. "Phhffff.. Baiklah, akan kujawab pertanyaan terakhirmu dulu, Hyung." Junsu terdiam beberapa detik. "Aku menjadi Ketua hanya karena pendiri kelompok kita, Hyung. Jadi, bukan karena aku hebat. Ara?!" Junsu memukul lengan Jaejoong pelan. "Lalu, pertanyaan pertama. Aku mempercayaimu dalam setiap misi karena tentu saja hanya kau hebat, Hyung. No other like you. Aku iri dengan kemampuanmu memainkan setiap onggok besi berjalan itu, Hyung."
"Apa kau tidak takut kalau aku berkhianat, Junsu~ya?"tanya Jaejoong setelah teringat tentang pelanggaran yang ia lakukan.
"A-Apa?! Tentu saja itu tidak mungkin, Hyung. Ya, tidak mungkin kau melakukan itu. Aku yakin!" jawab Junsu yang kaget dengan penuh keyakinan.
Jaejong bergumam, "Uhm, kau benar. Aku terlalu penakut menjadi seorang pengkhianat." Lalu ia tertawa hambar. "Oh ya, Su-ie. Tentang pertandingan yang berbeda itu, otte? Kau belum menjelaskan semuanya."
"Ahh, aku jadi lupa tentang pokok pembicaraan kita, Hyung. Begini, pertandingan lusa diikuti dari 5 kelompok. Masing-masing kelompok mengirim 2 peserta dan Ketuanya memakai mobil yang sama yang telah disediakan. Kau tahu mobil apa yang akan dipakai oleh para Ketua, Hyung?" tanya Junsu yang jawab dengan gelengan kecil dari Jaejoong. "Nissan 350Z."
Jaejoong terbelalak. Mobil itu adalah mobil yang banyak diincar para pembalap. Kecepatannya 357,3 km/jam. Handlingnya juga sempurna. Cocok di semua lintasan. Kemampuannya di atas Skyline miliknya. "Oh Shit! Kau tidak bercanda, 'kan Su-ie?"
"Astaga... Liurmu hampir menetes, Hyung. Tenang saja, mobil itu akan menjadi milikmu. Kau hanya perlu mengalahkan keempat Ketua lainnya. Tapi, itu tidak mudah karena peserta selain Ketua bertugas sebagai pengganggu."
"Tunggu! Kau bilang aku bisa mendapatkan 350Z itu asalkan bisa mengalahkan keempat lainnya. Apa maksudmu aku berpura-pura menggantikanmu sebagai Ketua, begitu?" tanya Jaejoong tak paham.
"Ya. Lagipula siapa yang tahu kalau kau bukan Ketua yang asli? Selama ini orang-orang hanya tahu namaku, tapi mereka tidak tahu wajahku. Lagipula bukan hanya mobil taruhannya."
"Lalu?"
"Tentu saja uang yang berkali-kali lipat dari biasanya, Hyung. Aaa, jangan lupa bonusnya." Junsu tersenyum nakal. "Ke-te-na-ran," lanjutnya membuat namja cantik berambut dark brown itu tersenyum senang membayangkan itu semua.
“Tunggu dulu! Ketua siapa saja yang ikut?”
“Hmm, yang pasti bukan saingan terberatmu, Yunho.” Jaejoong tersenyum diam-diam.
Malam semakin larut. Café sekaligus diskotik itu tidak menunjukkan tanda-tanda sepi karena lelah menghibur para pengunjung. Justru semakin ramai dipenuhi anak-anak adam yang asyik membuat dosanya masing-masing. Hentakan musik yang memenuhi bangunan berornamen goa itu seperti hipnotis ampuh. Lihat saja mereka meliuk-liukkan tubuhnya di dancefloor bahkan di tiang-tiang yang hanya mengenakan bikini! -____-
Junsu dan Jaejoong yang sedikit mabuk masih sibuk dengan obrolannya. Mereka berniat pulang esok hari. Yah, ini rutinitas yang sudah biasa. Siang jadi malam, dan malam jadi siang.
♥•*¨*•.¸¸ 2 DK ¸¸.•*¨*•♥
Pagi hari di jalan raya menuju Seoul, terlihat mobil berwarna pink mencolok. Mobil keluaran Pontiac bertipe GTO itu melaju dengan kecepatan sedang. Yunho, pemilik mobil itu tidak berniat memaju mobilnya lebih cepat. Di telinganya terpasang headphone yang terhubung dengan ponselnya.

> Pontiac GTO <
"Kenapa? Kenapa aku harus menggantikan posisimu sebagai Ketua hanya untuk mengikuti Sprint besok?"
'Oh, ayolah, Jung... Aku ada urusan mendesak besok. Sedangkan jika aku tidak ikut pertandingan besok, mereka akan mengambil paksa semua mobil yang ada di garasi kita. Ingat, Jung! Di sana juga ada mobil-mobilmu,' jawab seseorang di seberang sana.
Yunho membelalakkan matanya. Tidak. Ia tidak rela jika ketiga mobilnya yang ada di garasi kelompoknya itu dirampok begitu saja. "Ck, baiklah. Tapi, aku minta bonus." Yunho tersenyum licik. Hah, suruh siapa namja sebagai Ketuanya itu mengganggu acaranya. Padahal ia benar-benar senang karena tidak ada pertandingan besok, jadi ia dan Boojae-nya bisa liburan. Tapi, rencananya justru gagal.
'Aishhh! Kau memang licik, Yun. Bukannya mereka, tapi justru kau yang merampokku sekarang.'
Yunho terkekeh senang. "Otte?"
'Oke! Oke! Nissan 350Z-ku ini akan menjadi milikmu. Lalu jika kau menang, kau akan mendapatkannya lagi. Tidak hanya itu, hadiahnya akan berlipat ganda dari biasanya dan tanpa taruhan.'
"Jincha?! Tapi, siapa saja yang ikut?" tanya Yunho mulai tergiur.
'Ada 5 ketua. Nickhun, HyunJoong, Siwon, Minho dan aku yang berarti menjadi kau. Masing-masing ketua membawa 2 rekannya. Tapi kau hanya perlu fokus untuk mengalahkan keempat Ketua lainnya. 2 temanmu nanti, biar aku yang mengurusnya.'
"Oke, deal!" pekik Yunho senang. Tidak ada Xiah kali ini, jadi ia tidak perlu beradu kecepatan dengan namjachingu-nya.
'Temui aku besok jam 1 pagi di gunung Bukhasan dan di tempatnya seperti biasa. Kau akan menyusuri gunung, jadi persiapkan semuanya, Yun.'
"Aku tahu, Chun."
'Aaa, satu lagi. Kau tidak perlu mencemaskan mobil yang akan kau gunakan karena itu sudah dipersiapkan. Lalu, rahasiakan juga hal ini, Jung!'
“Hm.” Yunho mengangguk paham. Yunho mengakhiri obrolannya.
Baru kali ada pertandingan yang sangat menguntungkan pesertanya. Yunho terus memasang senyum, membayangkan mobil barunya. Mobil dengan kecepatan 357,3 km/jam itu yang sudah lama incar, tapi karena lawannya tidak pernah ada yang memakai 350Z, jadi ia tidak pernah mendapatkannya. Siapa sangka sekarang ia justru mendapatkannya secara gratis. ^^~

> Nissan 350Z <
Kali ini ia tidak terlalu memikirkan pertandingan besok. Toh, menang atau kalah ia sudah mendapatkan hadiahnya. Lagipula, ia juga tidak yakin bisa menang mengingat rutenya di gunung, rute yang menjadi daerah kekuasaan Jaejoong.
Yunho membuang muka ke luar jendela yang sengaja ia buka. Speechless sesaat. Lalu, mata musangnya melebar melihat beberapa yeoja yang ada di dalam mobil di sebelahnya tengah menatapnya aneh. Yunho tersadar akan sesuatu. Mobilnya! Oh, wait! Sejak kapan para yeoja itu memperhatikannya? Yunho melihat ke arah lain dan menemukan pengendara lain yang juga tengah memperhatikannya dengan tatapan aneh. Buru-buru ia menutup jendela mobilnya dan tancap gas dari tempat itu. Namja tampan itu mengumpat kesal. Ia memukul-mukul pinggiran setir.
"Aaaarrgh...! Pamorku turun dratis pagi ini. Isshh...! Mobil ini memang membawa sial. Hah, untuk apa aku dulu tidak mengalah saja? Babo!" dumel Yunho mengingat saat ia mendapatkan mobil pink itu. Mobil itu ia dapatkan beberapa bulan yang lalu ketika mengalahkan seorang yeoja. Baru sekali pakai, tapi sudah menerima kesialan. Yunho bersumpah setelah ini ia akan menjualnya di e-bay.
Yunho menatap kaca spion. “Skyline itu…” Ia merasa aneh dengan mobil sedan hitam di belakangnya. Sepertinya mobil itu berada di belakang sejak tadi.

> Nissan Skyline <
Tak berapa lama, mobil hitam itu menyalakan lampu dan klakson. Yunho menyingkir bermaksud memberi jalan. Mobil hitam itu bergerak melewati GTO pink milik Yunho. Ia melirik kaca spion lagi. Terlihat mobil hitam di belakangnya dengan tipe yang sama seperti mobil di sampingnya. Yunho kembali menoleh ke depan.
CKIIIITTTT!!
Yunho menginjak rem mendadak melihat Skyline yang tadi melewatinya, tiba-tiba sudah ada di depannya dan memperlambat mobilnya. “SHIT!!” gerutu namja tampan itu sembari menyalakan klakson marah. Hampir saja kepalanya terkantuk setir. Mobil hitam itu kembali menjauh. Yunho melirik bumper belakang mobil hitam itu. Ia membelalakkam matanya setelah menyadari sesuatu. Tidak ada plat nomor di mobil itu. Buru-buru ia mengecek mobil di belakangnya. Sama. Kedua mobil itu tidak bernomor. Bagaimana bisa?
Yunho memutar kendalinya ke kanan dan menginjak gas lebih dalam untuk melewati Skyline di depannya. Namun ketika ia berdampingan, Skyline di kirinya itu justru memepetnya. Dengan cekatan sekaligus reflek yang bagus, Yunho membanting setir ke kanan dan melesat menjauh. Kedua Skyline di belakangnya mengejarnya.
Kejar-kejaran tak terhindarkan. Yunho melihat papan penunjuk arah bertuliskan tol dengan panah ke kiri. Ah, ia harus ke sana. Ia tidak mungkin melaju dengan keadaan seperti itu di jalan raya umum. Terlalu beresiko. Yunho semakin memacu kecepatannya dan memutar kendali sekaligus menarik sedikit tuas rem tangan. Ban mobil belakang berdecit dan melintir ke kiri dengan sempurna tanpa mengurangi kecepatan. Yunho memacu GTO-nya dan sesekali menghindari pengendara lainnya. Ia masih diikuti 2 mobil hitam itu.
Pagi itu di jalan tol, ketiga mobil tadi saling unjuk kebolehan. Yunho yang sangat ahli di lintasan lurus tampak tidak kesulitan menghindari dua mobil hitam itu. Namun di sisi lain, mobil Nissan Skyline itu lebih cepat dibandingkan GTO milik Yunho.
TTOOOOOOOTT...!!!!
Yunho membunyikan klakson panjang dengan kesal ketika hendak menyalip mobil-mobil lain. Ia terus bertanya-tanya siapa mereka dan apa tujuannya. Salah satu Skyline berhasil berada di sisi kanannya.
Syuuutt..
Yunho banting setir ke lajur cepat. Skyline di sampingnya ikut mensejajari. Klakson kembali dibunyikan Yunho diiringi bertambahnya kecepatan mobilnya yang menunjukkan angka 280 km/jam. Yunho terus melaju di lajur kiri karena mobil di sisi kanannya tak kunjung pindah, sedangkan Skyline di belakangnya terus membuntutinya.
BRAKKK!!
Namja tampan yang tengah tegang itu memegang erat pinggiran setir karena tubuhnya sedikit terpental ke depan. Mobil di belakangnya berhasil menabrak bumper belakang GTO-nya. Yunho semakin geram. Gas diinjak hendak melewati Skyline hitam di depannya.
Yunho memepet dan menabrakkan GTO-nya ke body Skyline yang kini di sampingnya. Mobil itu menghindar, namun sesaat kemudian justru balik menyerang Yunho. Adu ketangkasan kembali terjadi. Tiba-tiba Yunho melebarkan mata sipitnya melihat benda besar 500 meter di depannya. Jantungnya berdetak sesaat, lalu kembali berdetak lebih cepat. Nyawanya seakan melayang keluar, namun ia segera tersadar.
TOOOOOOOTTTT..!!
TOOOOOOOTTTT..!!
TOOOOOOOTTTT..!!
Yunho panik melihat truk besar pengangkut buah di depannya. Ia membunyikan klakson berulang-ulang. Namun, truk itu hanya menyingkir sedikit ke kanan dan menyisakan ruang kosong kurang dari 2 meter. Tidak cukup untuk di lewati mobil. "DAMN! DAMN! DAMN!" teriak Yunho marah sekaligus takut. Ia memang sudah terbiasa 'bekerja' dengan taruhan nyawa. Tapi, demi Tuhan ini berbeda. Jika ia di arena, resiko kecelakaan memang selalu ada, tapi tidak ada dari peserta lain yang ingin membunuhnya. Tapi, sekarang? Tidak. Ia tidak siap jika harus mati sekarang.
Yunho kembali memepet Skyline di kanannya. Berharap bisa lolos. Mobil itu menyingkir, lalu kembali ke posisi awal. Yunho banting setir sembari mengumpat. Ia melirik kaca spion. Skyline yang hanya berjarak kurang dari 1 meter di belakangnya tetap mengikuti Yunho.
Yunho menegang. Jarak dengan truk besar itu semakin dekat. Ia dihadapkan dengan dua pilihan. Menabrak atau ditabrak. Itu sama saja dengan bunuh diri atau dibunuh. If it’s you, what’s your choice?
Yunho memutar otak. Pasti ada pilihan ketiga. Benar saja, tidak berselang berapa lama ia menemukan cara ketiga. Tanpa mengalihkan pandangannya, ia merogoh sesuatu dari dalam dashboard. Setelah mendapatkan benda yang dicarinya, ia buru-buru membuka kaca jendela.
PRAAANGG!!
Yunho memukul kaca spion sebelah kiri berkali-kali dengan obeng besar hingga hancur dan dengan sekali dorongan spion itu lepas. Dengan begini, ia bisa mengurangi lebar mobilnya. Sekarang ia hanya perlu melewati truk itu. Dengan kecepatan tinggi, Yunho membanting setir. Mengambil ruang kosong di sisi kiri truk itu. Ia berkonsentrasi mengambil posisi lurus dengan celah itu.
BRRRRMMMM..
TOOOOOOOOTTT..!!!
Yunho membunyikan klakson panjang sembari menginjak gas dalam-dalam. Ia telah berhasil melewati hampir setengah jalan. Kaca spion kiri dan body GTO-nya nyaris menyenggol truk dan besi pembatas jalan. Seinci saja setir bergerak, maka sudah bisa dipasti nyawa namja tampan itu tinggal di ujung rambut.
Di sisi lain, pengendara Skyline hitam yang tadi di sisi kanan Yunho tak ambil diam. Ia kembali membuntuti mangsanya dengan menyalip dari arah kanan truk yang diikuti Skyline satunya. Namun, jangan sebut namja tampan itu sebagai DK jika ia tidak bisa mengalahkan lawannya, sekalipun GTO-nya hanya berkecepatan maksimal 352 km/jam. Yunho membunyikan klakson panjang berkali-kali, membuat sang sopir truk yang kaget langsung banting setir ke kanan. Setelah itu Yunho menekan tombol NOS dan GTO pink itu pun melesat sangat cepat meninggalkan kedua penguntit di belakangnya.
BRAAAKK!! PRAAANGG!!
Yunho menoleh ke kaca spion dalam. Terlihat badan truk yang memenuhi jalan dengan buah-buahan yang sudah hancur di jalan. Sedangkan salah satu Skyline yang tadi di lajur kanan sudah menabrak pembatas jalan. Bumber depan dan kacanya sudah tak berbentuk, namun pengemudinya masih selamat yang sekarang sudah keluar dari mobilnya dan tengah kesal karena buronannya kabur.
Yunho mengerutkan dahinya mencoba mengingat wajah pengemudi yang tak asing baginya. Namja yang tingginya melebihi Yunho itu kalau tidak salah temannya Jaejoong. "Changmin?" gumam Yunho bertanya pada dirinya sendiri.
♥•*¨*•.¸¸ 2 DK ¸¸.•*¨*•♥
Setelah pintu garasi, bengkel sekaligus rumah itu terbuka, Yunho langsung memeluk erat tubuh Jaejoong. Mencoba menyalurkan perasaan yang tertinggal setelah apa yang terjadi di jalan tadi. Mata Jaejoong yang sayu karena masih mengantuk, kini membulat lebar. Tidak biasanya Yunho tiba-tiba memeluknya tanpa kata. Namja cantik itu mengalungkan kedua tangannya di pinggang kekar milik Yunho kemudian mengelus pelan.
"Waeyo?" tanya Jaejoong setelah mereka melepaskan diri, lalu menatap ke dalam manik hitam Yunho untuk mencari jawabannya. Namun, ia tidak berhasil.
Yunho tersenyum nakal. "Aniyo. Hanya mengambil sarapanku." Kemudian ia berjalan memasuki ruangan yang cukup luas dengan dinding yang dipenuhi berbagai graffiti. Ia melewati sela-sela di antara mobil Jaejoong.
"Phhff.. Kau pikir aku Kimchi?!" rengut Jaejoong sembari mengikuti namja tampan itu ke lantai 2. Tempat di mana Jaejoong tidur dan melakukan aktivitas lainnya. Sedangkan lantai 1, ia gunakan untuk garasi sekaligus bengkel yang sekarang terjejer rapi 4 mobil miliknya.
“Apa kau ada acara malam ini, Bear?” Tanya namja cantik berkulit susu itu.Yunho terkesiap. Dini hari ini ia akan mengikuti pertandingan itu. Tapi, ia tidak boleh mengatakannya. Bisa-bisa Boojae-nya itu merengek minta ikut, lalu mengalahkannya dan mengambil hadiahnya. Oh, tidak. Untuk kali ini saja, biarkan ia menang dan mendapatkan hadiahnya itu. “Ya. Aku ingin menemui seseorang. Lalu, kau?”
“Hmm.. Ya. Aku juga ada acara nanti malam,” jawabnya senang membayangkan dirinya tengah memacu kecepatan di antara keempat Ketua lainnya yang ia yakini kemampuan mereka di bawahnya.
Yunho menghela napas setelah membanting tubuhnya di ranjang. Kedua matanya tertutup lengannya. "Haaahh.. Kau tahu, aku hampir mati hari ini, Boo."
Jaejoong yang bersantai di ranjang gantung yang terbuat dari tali jaring, menoleh cepat. "Tiap hari kita memang selalu dekat dengan maut, aniya?"
"Bukan begitu." Yunho pun menceritakan bagaimana kedua Skyline hitam tanpa plat nomor yang tiba-tiba muncul dan menyerangnya.
"Apa?! Changmin? Salah satu pengemudinya adalah Changmin?" tanya Jaejoong setelah mendengar cerita Yunho. Ia beranjak turun menghampiri Yunho.
"Uurgh.." ringis Yunho kesakitan karena Jaejoong menjatuhkan badannya di atas badan Drag King itu. "Aigoo~ Gajahku ini..."
Jaejoong tersenyum. Kini mereka saling bertatapan. "Changmin tidak bisa menyetir, Big Bear. Dia bahkan sering merengek padaku agar mau mengajarinya. Jadi, apa yang kau bilang itu tidak mungkin. Bisa jadi yang kau lihat itu orang yang mirip dengannya. "
Yunho terdiam sesaat. "Ya, mungkin kau benar," ucapnya tidak yakin. "Eoh, apa ini?" lanjutnya bertanya setelah mengambil sesuatu yang mengganjal di bawah bantal yang ia gunakan. Yunho memperhatikan strap ponsel dengan bandul berbentuk gajah yang memegang kunci.
"Aaa.. Lihat ini, Bear!" Jaejoong mengambil ponselnya dan menunjukkan gantungan yang sama. Hanya saja, gajah miliknya memegang gembok. "Aku tidak sengaja melihatnya di toko aksesoris mobil. Karena lucu jadi aku beli saja. Sini!" Jaejoong merebut strap ponsel yang dipegang Yunho. Kemudian, ia menyatukan dengan miliknya dengan memasukkan kunci pada gajah ke dalam gembok gajah satunya. Kini sepasang strap itu menggantung di ponsel Jaejoong.
Yunho mengamati ukiran 4 huruf yang ada di kunci gajah itu. "AKTF? Apa itu, Boo?"
"Always Keep The Faith." jawab Jaejoong tersenyum. Ia menunjukkan gantungan di ponselnya, Ada tulisan yang sama di gembok gajah itu. "Itu aku sendiri yang mengukirnya. Aku harap kita selalu percaya, Bear." Yunho mengangguk kecil, masih mengamati strap itu.
"Itu untukmu. Terserah mau kau gantung di mana." Jaejoong menunjuk strap gajah yang membawa kunci yang dipegang Yunho.
"Apa?! Aku tidak mau!" Yunho melotot lalu meletakkan begitu saja di sampingnya. "Jelek sekali! Kenapa gajah? Kenapa tidak beruang saja?"
"YAK! Awas saja kau tidak menggantungnya!"
Yunho menaikkan bahunya tanda tidak peduli. “Baiklah. Bisakah kau menyingkir, Boo? Aku mau mandi.” Ia memegang bahu Jaejoong yang ada di atasnya, lalu menggulingkannya ke samping. Kemudian, ia beranjak dari tempat itu.
Jaejoong berubah antusias. Kedua mata beningnya berbinar-binar. “Aku ikut!” pekiknya senang. Yes, giliran dirinya yang mendapat sarapannya.
♥•*¨*•.¸¸ TBC ¸¸.•*¨*•♥