Tittle :: Bi
Cast :: HeeTeuk and others
Genre :: YAOI, romance (?) and others (males ngetik) #plakk
Warning :: EYD (Ejaan Yang Diinginkan) pas, typos, Boy x Boy, bad, freak, enggak banget, dll.
Desclaim :: Cast is not mine except LEETEUK XDD and this FF is MINE too.
Notes :: HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH TUHAN YME.

Suara gemuruh di langit malam Seoul terdengar begitu mengerikan.
Angin yang berhembus juga tampak menggoyangkan dedaunan dan ranting
pepohonan. Rintikan hujan yang turun, perlahan menjadi guyuran hujan
deras seakan ditumpahkan langit. Banyak pejalan kaki mulai berlarian
mencari tempat berteduh sambil mengumpat kesal. Meskipun banyak dari
mereka yang membawa payung, namun itu tetap percuma karena hujannya
terlalu lebat.
Seorang namja kecil berusia 10 tahun tengah berlari menyusuri jalan
setapak yang ada di taman kompleks. Payung di tangannya tak sanggup
melindungi sepenuhnya dari lebatnya hujan, untuk itu ia memutuskan untuk
berteduh di sebuah gazebo yang ada di tempat tersebut.
"Ishh.. Ahjushi Jung kenapa lama sekali sih?!" kesal Heechul -nama
bocah itu- sembari menggulung celananya dan menepuk-nepuk jaketnya yang
sedikit basah.
Tak lama, namja itu menyipitkan matanya ketika menangkap sosok yang
sedang duduk di bangku taman di tengah lebatnya hujan. Penasaran, ia pun
memutuskan untuk menghampirinya meskipun sedikit takut oleh pikiran
aneh-anehnya. Heechul kecil mengambil kembali payungnya yang tadi ia
letakkan sembarangan di dekat tangga gazebo.
Perlahan kaki kecilnya berjalan semakin dekat dengan sosok bertubuh
kecil yang tak beda jauh dengannya. Ia bisa melihat jelas tubuh anak itu
ketika ia berdiri 1 meter dekat bocah yang basah kuyup itu. Wajah yang
menengadah, mata yang terpejam, hidung kecil yang mancung, dan bibir
tipis yang memerah karena dingin yang menyunggingkan senyum kecil. Ia
bahkan dapat melihat sebuah lesung pipi kecil di ujung bibirnya karena
namja itu tengah tersenyum bahagia menikmati guyuran hujan.
Merasa tidak diguyur hujan, kedua alis namja yang tengah duduk itu
bertaut, namun matanya tetap terpejam. Ia pikir hujannya berhenti
tiba-tiba. Tapi itu sangat aneh karena suara hujan lebat masih terdengar
di telinganya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Heechul lagi yang ternyata sudah mendekati namja itu dan memayunginya.
Namja kecil tersebut refleks membuka matanya dan menatap payung yang menghalangi hujan. Ahh, sepertinya pikirannya tadi salah.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Heechul kembali karena tidak mendapat respon.
Tersadar, namja itu menatap si pemilik suara yang masih berdiri di
sebelahnya. "Aku? Hanya duduk. Wae?" balasnya sembari tersenyum manis
dan menampakkan lesung pipinya.
Heechul terpana sesaat. Jujur, ia gemas dengan senyum anak itu. Ia terlihat manis dan polos.
JungSoo Heechul mengeluarkan smirk khasnya lalu mengambil ruang untuk
duduk di samping namja itu. "Kau benar-benar aneh," gumamnya namun
masih terdengar oleh namja berpipi chubby tersebut.
"Hahaha.. Kenapa? Apa aku tidak boleh duduk di sini?" tanya bocah tersebut sembari menatap Heechul heran meskipun ia tertawa.
Heechul terdiam sesaat, melihat tawa bocah lucu di sampingnya.
"Tidak. Kau boleh duduk di mana saja. Maksudku aneh karena kau duduk di
bawah guyuran hujan. Orang lain pasti sedang duduk di depan perapian
dengan secangkir cokelat panas atau bergelung dengan selimut di kamar.
Tapi kau..." Heechul tidak melanjutkan kata-katanya.
"Aaa, jadi begitu. Aku sangat suka hujan makanya aku menikmatinya
dengan cara begini. Jangan khawatir. Aku tidak akan sakit hanya karena
ini. Mereka temanku, jadi mereka tidak akan membuatku sakit," tutur
bocah yang basah kuyup itu. Ia menatap rumput di bawah kaki kecilnya dan
mulai mengayunkan kakinya, bermain dengan air, eoh?
"Aigoo~ sekarang aku sangat yakin kalau kau semakin aneh. Lagipula
siapa yang mengkhawatirkanmu?" Heechul ikut mengalihkan pandangannya ke
bawah. "Eoh? Kau tidak memakai alas kaki juga?" lanjutnya menatap kaki
kecil namja di sampingnya.
"Ne. Ini juga bagian dari kesukaanku " ^^ Heechul hanya geleng-geleng tak percaya.
"Kenapa kau bisa di sini?" tanya namja kecil yang sedang mengusap wajahnya karena tetesan air dari rambutnya pada Heechul.
"Aku menunggu jemputan di gazebo itu tadi. Tapi karena melihat sosok aneh makanya aku kemari untuk memastikan."
Namja kecil itu seketika tertawa. "Kau tahu, kau sudah tiga kali
menyebutku aneh. Sekali lagi kau bilang begitu, aku akan memberi hadiah
berupa payung ini," ucapnya terkekeh sembari menunjuk payung yang
tengah Heechul pegang.
"Hey! Payung ini memang punyaku" kesal Heechul membuat teman barunya semakin tertawa.
CTARRR!!
Suara kilat menambah melody alam yang diikuti cahaya berbentuk
seperti akar pohon di langit. Membuat tempat itu menjadi terang sesaat.
Dua namja kecil itu terdiam karena kaget.
"Kajja~ kita harus pergi dari sini. Aku tidak mau mati konyol karena
tersambar petir," ajak Heechul yang sudah memegang tangan dingin teman
barunya dan menyeretnya begitu saja.
"Aah, tunggu. Jangan menarikku! Kakiku sakit," rengek namja itu kesakitan karena kakinya menginjak kerikil.
Heechul tidak peduli. Ia tetap menarik namja itu ke luar taman dan
berharap jemputannya telah datang. Ternyata memang benar. Ia menyeringai
senang ketika melihat sopirnya yang baru saja keluar dari Volvo
hitam. "Kau ikut denganku!" ajak Heechul atau lebih tepatnya memaksa.
Namja yang diseret itu pun hanya pasrah karena ia sudah tidak bisa
keluar dari mobil yang telah terkunci dan mulai merambat pelan.
"Ahjushi, bawa aku ke tempat noona!"
Heechul tampak antusias membawa kenalan barunya ke tempat favoritnya.
Sedangkan namja yang tengah terbongong karena ulah Heechul itu tidak
berkomentar apapun. Ia percaya bahwa Heechul adalah anak baik.
"Oh iya, siapa namamu? Kau belum memperkenalkan dirimu?"
"Heechul. Kim Heechul." Heechul membuang pandangan ke luar jendela setelah memberitahu namja itu.
Setibanya di tempat tujuan, kedua namja itu tampak menikmati hidangan
masing yang telah disiapkan. Tentu saja setelah Heechul meminjamkan
satu stel pakaian lengkap dengan sandal bulu bermotif donald duck.
Mereka di sebuah café bernuansa gothic milik noona-nya Heechul.
Heechul mengamati teman kecilnya yang tampak mengedarkan pandangan ke
berbagai penjuru ruangan. Matanya tampak berkilat kagum sekaligus heran
dengan arsitektur bangunannya.
Namja kecil itu kagum dengan suasana café tersebut. Ketika melihat
bentuk desain dan cat-nya yang berwarna hitam pink dari luar, ia pikir
tempat itu menyeramkan karena pasti di dalam akan gelap dan ia tidak
suka itu. Tapi, pikirannya salah. Suasana dalam café tidak gelap seperti
dugaannya. Memang tidak terang juga. Sedikit redup namun terang pada
bagian tiap meja. Di tiap sudut ruangan pun terdapat lebu halloween
dengan berbagai ukuran.
Dindingnya bercat hitam dengan motif tembok retak yang menampilkan
batu batanya. Pada bagian atas tembok, diberi motif darah yang seakan
mengalir dan menetes ke bawah. Atap langit-langitnya pun terdapat
gambar-gambar sarang laba-laba dan bintang icon spiderman itu tampak
menggantung. Penyiar yang tebang dengan sapu terbang pun ikut menambah
kesan gothic.
Namun, ada lagi yang membuat namja berlesung pipi itu kagum. Pelayan
di sana mengenakan kostum gothic dan bermacam-macam kostum unik lainnya
seperti red devil, white angel, black angel, dracula, dan masih banyak
lagi.
Malam itu, kedua namja kecil tersebut larut dalam perbincangan dengan
ditemani hidangan cokelat panas dan tiramissu. Namun karena teman baru
Heechul harus pulang, pembicaraan pun harus terhenti.
"Chullie~ya, gomawo untuk semuanya ne. Besok aku usahakan kemari untuk mengembalikan ini semua."
Heechul menatap satu stel pakaian, jaket dan sandal bulu yang sengaja
ia pinjamkan tadi pada namja berlesung pipi itu. "Terserah," jawabnya
singkat sembari tersenyum kecil. "Kau belum menyebutkan namamu."
Namja di hadapan Heechul terkekeh. "Kau yang tidak bertanya, bukan?
Aku pulang, ne. Bye." Ia pun berlari menuju sebuah mobil di seberang
jalan sebelum Heechul membuka mulutnya.
Heechul tampak kesal karena ditinggal pergi begitu saja. "Aish~ YAK!! KATAKAN SIAPA NAMAMU, BOCAH?!"
"LEETEUK. PANGGIL AKU LEETEUK," teriaknya sebelum masuk mobil agar
Heechul dapat mendengarnya. Setelah itu ia benar-benar menghilang di
balik pintu mobil.
"Leeteuk,"gumam Heechul. "Namanya yang lucu." Senyum tipis pun kembali tersungging di bibir mungilnya.
♥•*¨*•.¸¸ Bi, 8 years later¸¸.•*¨*•♥
Seorang namja berambut karemel tampak memejamkan matanya sembari
tidur terlentang di bawah pohon willow dengan ditemani oleh suara musik
instrumental yang mengalun lembut dari headphone putih miliknya. Tangan
kanannya ia gunakan sebagai alas kepala. Tak berapa lama, kedua mata
almond itu terbuka. Menatap gumpalan-gumpalan putih seperti permen kapas
yang menggantung di hamparan langit biru.
Suasana hari ini sangat sejuk. Tidak panas, tidak juga mendung namun
berawan. Tapi bagi namja berlesung pipi itu, akan lebih baik jika
gumpalan-gumpalan putih tersebut berubah menjadi gumpalan hitam dan
menumpahkan air dari atas sana.
"Apa mereka akan datang hari ini?" gumamnya lirih penuh harap. Kedua
matanya pun kembali terpejam mencoba menikmati alunan melody lembut
dari headphonenya.
Tak jauh dari tempat itu, namja berwajah angkuh tampak sedang duduk
di bangku taman, asik menikmati pemandangan indah berupa ukiran Tuhan
yang tersemat di sosok namja berambut karamel itu. Kedua mata tajamnya
sampai tidak berkedip seakan ingin memakan sosok itu. Ya, itu sudah
menjadi rutinitas wajib baginya untuk memata-matai namja yang tengah
terpejam tak jauh dari tempatnya tersebut.
"Ya ya ya! Awas liurmu sebentar lagi menetes, Hyung!" Seseorang yang tiba-tiba datang menepuk bahu sang spy.
"Aishh! Dasar, Rakun! Mengganggu saja. Pergi sana!" usir Heechul pada
temannya. Namun bukannya pergi seseorang yang dipanggil itu justru
terkekeh pelan dan mengambil tempat di samping Heechul.
"Tidak bosan-bosannya kau memata-matai orang aneh itu, Hyung. Apanya
yang menarik, huh?" tanya Kangin. Kedua matanya menatap obyek yang
menarik bagi Heechul.
"Justru keanehannya itu yang membuatnya menarik. Aku penasaran
dengannya. Setahun sekelas dia stay cool terus," jelas Heechul pada
temannya yang lebih muda itu tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ckck, apa hanya itu alasannya?" selidik Kangin. " Aku yakin ada
alasan lain, Hyung." Kedua mata Kangin menyipit membuat alisnya
bertaut.
"YA! Apa maksudmu, eoh? Jangan bicara macam-macam, Rakun!"
"A a, aku tahu dari tatapanmu, Hyung. Semua tercetak jelas di sini."
Kangin mengetuk dahi Heechul. Membuat sang empu melotot kesal karena
terintimidasi.
"Apa maksudmu, Rakun? Katakan yang jelas! Aku benci bertele-tele."
"Kau dengan namja bernama Park JungSoo itu..." ucap Kangin terputus.
Ia menaikkan volume suara agak keras dan berdiri di hadapan Heechul
yang memasang tampang kesal. Senyum evil terpahat di bibirnya. "KAU
JATUH CINTA DENGANNYAAAA. Hahahaha..."
Heechul terdiam sesaat, mencerna ucapan Kangin yang sudah lari dengan tawa membahana.
"MWO?! YAK! BERHENTI KAU, RAKUN GENDUT! AKAN KUKEMPESI KAU!" bentak
Heechul sembari berlari menyusul Kangin. Urat di dahi dan lehernya
tampak terlihat jelas. Bermacam ide untuk membalas rasa malunya berputar
di kepalanya.
Heechul terus berlari menjauh dari taman dengan berbagai umpatan
tanpa menyadari namja cantik yang menjadi obyek Heechul sudah terduduk
sembari menatap Heechul yang perlahan menghilang dari pandangannya
dengan wajah datar. Headphone di telinga juga sudah terlepas. Apa dia
mendengar ucapan Kangin tadi?
♥•*¨*•.¸¸ Bi ¸¸.•*¨*•♥
Setelah beberapa hari cuaca kota Seoul panas, hari ini tanda-tanda
akan turunnya hujan mulai terlihat. Tentu saja hal ini membuat banyak
warga bersorak gembira. Meskipun tetap saja mereka belum siap jika
hujan datang sekarang. Pasti itu menganggu aktivitas mereka. Memang,
semua hal itu pasti ada sisi positif dan negatifnya.
Tapi bagi Leeteuk, hujan merupakan hadiah terindah dari langit.
Sekarang apa yang ia tunggu-tunggu akan datang juga. Errr, meskipun
tamu specialnya belum ada di hadapannya, tapi ia tahu mereka akan
datang. Hanya perlu menunggu beberapa jam, ahh bukan, lebih tepatnya
beberapa menit saja maka mereka pasti datang. Wajah namja cantik itu
tampak lebih cerah sekarang. Tidak seperti biasanya.
Seulas lengkungan di bibir tipisnya telah terukir dan memperlihatkan
sebuah lesung pipi kecil di ujung bibirnya. Sesekali ia menatap dari
balik jendela kelasnya ke arah gumpalan-gumpalan awan hitam yang
bergelung dan terkadang menimbulkan suara gemuruh, tak jarang kilatan
petir ikut meramaikan suasana mencekam itu. Belum lagi angin ribut yang
menyapu pepohonan sehingga menimbulkan suara gesekkan yang tidak nyaman
di telinga.
Bagi kebanyakan orang, itu sangat menakutkan. Namun tidak untuk namja
cantik itu. Kedua mata almondnya terpejam. Perlahan ia menarik napas
dalam-dalam mencoba untuk merasakan kehadiran tamu specialnya. Sebentar
lagi mereka datang. Meskipun tidak melihatnya namun indera
penciumanannya sangat peka untuk mengenali aroma ini. Ya, aroma tanah
yang menguar ini lembab namun menyejukkan.
Sekali lagi ia menyunggingkan senyumnya. Membuat namja berparas
angkuh di seberang sana menatap kagum oleh pesona dan senyumnya yang
baru ia lihat selama satu tahun ini. Bias cahaya yang masuk melalui
jendela di sekitar tubuhnya membuat sosok itu seperti angel. Angel
without wings.
BRAKK!!
Leeteuk berdiri dari bangkunya secara tiba-tiba yang menciptakan
suara gesekan antara kursi dan lantai berhasil membuat semua penghuni
kelas melemparkan tatapan penuh tanda tanya padanya. Tak terkecuali
Heechul yang memang sudah memperhatikan Leeteuk dari tadi.
"Jwaesonghamnida. Saya izin ke belakang, Sam." Leeteuk melesat
keluar tanpa menunggu jawaban sang guru yang sekarang hanya
ber-speechless. Tentu saja sang guru heran dengan sikap muridnya itu
yang biasanya amat sangat tenang. Belum lagi wajahnya tadi tampak
cerah.
"Aku juga," lanjut Heechul yang langsung kabur begitu saja. Membuat Junki-sam melebarkan matanya yang sipit.
♥•*¨*•.¸¸ Bi ¸¸.•*¨*•♥
Leeteuk sampai di atap sekolah. Ya, memang itulah tempat tujuannya.
Sengaja ia berbohong pergi ke toilet. Mana mungkin diperbolehkan jika
ia berkata jujur.
Leeteuk berdiri sambil menengadahkan tangan kirinya. Membuat
sebagian air hujan terperangkap di telapak tangannya. Benar saja
dugaan, hujan telah mengguyur tanah yang dipijaknya. Ah, andaikan ia
tidak sedang mengenakan seragam, sudah dari tadi ia melompat ke tanah
lapang.
Leeteuk memejamkan matanya mencoba menikmati tetesan air hujan di
tangan. Cipratan kecil air hujan yang terbawa angin yang menerpa wajah
namja berambut karamel itu terasa begitu menyejukkan.
"Ehem.." Heechul berdehem setelah berhasil menyusul Leeteuk dan berdiri di sampingnya.
Reflek, Leeteuk membuka matanya dan menemukan sosok namja yang
berdiri di sampingnya. "Eoh, sejak kapan di sini?" tanya Leeteuk heran.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah kehidupan Kim Heechul, baru
sekarang ia mendengar suara namja yang telah membuatnya penasaran
setengah mati. Heechul menarik kecil ujung bibirnya setelah sebelumnya
terdiam sesaat.
"Belum lama," jawab Heechul. "Ternyata kau pandai berbohong juga,"
lanjutnya terkekeh menatap air hujan yang tumpah di luar sana.
"Aa, sekali-sekali tidak apa-apa, kan? Sepertinya kau juga begitu,"
timpal balik namja cantik itu sembari tertawa renyah. Membuat Heechul
menggaruk tengkuknya malu.
Suasana kembali tenang saat dua namja itu terdiam dengan pikiran
masing-masing. Heechul hanya menatap lurus pada berbagai bangunan di
depan matanya yang tanpa terhalang apapun karena mereka berdiri di atap
lantai empat gedung sekolah.
"Hujan ini.... hujan pertama yang turun, aniya?" tanya Leeteuk pelan.
"Wae? Sepertinya kau senang. Dari tadi kau terus seperti ini..."
Heechul menarik kedua ujung bibirnya dengan jari telunjuknya, memberi
contoh.
"Benarkah?" Leeteuk membulatkan matanya senang. "Aku tidak menyadari itu. Tapi, sejak kapan kau memperhatikan aku?"
Heechul tertohok. "A-aku? Aku tidak memperhatikan kau. Hanya dengan
sekali lihat saja, semua orang juga akan berpikiran begitu." Heechul
mengelak dengan tidak menatap kedua mata berbentuk almond itu. "Kau
belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kalau hujan? kau senang?" Heechul
kembali menatap namja cantik itu.
"Uhm, aku senang. Karena mereka temanku," jawab Leeteuk menampilkan senyum beserta lesung pipinya.
Heechul yang melihat senyum khas itu terdiam. Pikirannya melayang ke
masa-masa beberapa tahun yang lalu. Sepertinya ia tidak asing dengan
lesung pipi kecil itu. Teman? Hujan temannya? Siapa sebenarnya namja
yang ada di hadapannya? Mungkinkah dia orang yang sama dengan teman
sesaat namun begitu spesial di hati Heechul?
♥•*¨*•.¸¸ Bi ¸¸.•*¨*•♥
Hari demi hari berlalu, menyisakan berbagai kenangan yang terpahat
di pikiran dan hati masing-masing yang kelak menjadi bagian kehidupan.
Tak terkecuali dua namja yang tengah duduk di bawah pohon Willow taman
kompleks dan menatap kolam ikan dengan bunga teratai di atasnya.
Tidak ada pembicaraan serius di antara mereka. Seakan tenggelam oleh
pesona pemandangan buatan manusia yang ada di depan mata mereka.
Meskipun sore yang cerah ini banyak yang berlalu lalang di depan
mereka, namun mereka tidak terganggu sama sekali. Ah, lebih tepatnya
hanya Leeteuk yang tidak terganggu, sedangkan Heechul sedikit tidak
nyaman dengan kesunyian di antara mereka. Tapi ya apa boleh buat? Toh
Heechul mengerti dengan keadaan itu.
Sejak hari di mana mereka kabur dari kelas dan pergi ke atap,
hubungan mereka semakin dekat. Semua itu karena Heechul, seorang namja
yang amat penasaran dengan sosok Leeteuk, berusaha lebih mendekatinya.
Dari situ, ia berhasil menemukan sosok lain dari satu orang yang sama.
Sikap Leeteuk yang ramah, asik diajak berbicara, dan terkadang konyol
dapat ia temukan jika.... hujan.
Tapi Heechul belum menemukan alasan dari sifat yang tersembunyinya
itu. Untuk itu ia masih harus mencari potongan puzzle tentang diri
namja bermata almond itu agar tahu mana sifat aslinya. Lagi pula,
Heechul juga harus mencari tahu siapa Park Jungsoo yang ia kenal
sebenarnya.
♥•*¨*•.¸¸ Bi ¸¸.•*¨*•♥
PRANGGG!!!
Suara pecahan benda keramik kembali terdengar dari ruang tamu untuk
sekian kalinya. Membuat namja cantik yang baru saja membuka pintu
tersentak kaget dan menghentikan langkahnya sesaat. Kedua biji almond
yang hitam bergerak menelusuri tiap sudut ruangan tamu yang berantakan
seperti telah terjadi gempa. Tak berapa lama ia kembali melangkah
menuju kamarnya dan mengacuhkan semua itu. Sudah menjadi makanan
sehari-hari melihat pemandangan seperti itu.
"ENYAHLAH KAU, JALANG!! PERGI SEPERTI YANG KAU MAU!! UNTUK APA KAU
KEMBALI LAGI, EOH?! INGIN MENCURI UANGKU LAGI, HUH??!!" teriak seorang
namja paruh baya marah. Wajahnya merah padam. Otot-otot di lehernya
tampak begitu menonjol di permukaan kulit. Tidak peduli dengan ruangan
tamu yang berubah wujud, ia tetap melampiaskan kemarahannya dengan
membanting semua benda yang ada di dekat tangannya. Sama halnya yang
dilakukan sang yeoja yang tak lain adalah istri namja paruh baya
tersebut.
"MWO?! KAU SENDIRI BAGAIMANA, EOH? KEMANA SAJA BEBERAPA HARI INI?
BERMAIN DENGAN SIMPANANMU, HUH?" balas sang istri tak mau kalah.
Wajahnya memerah. "SIAPA YANG PENCURI?! KAU ATAU AKU?! INGAT, INI
RUMAHKU! RUMAH SEKALIGUS ISINYA ADALAH PENINGGALAN APPAKU, JADI SIAPA
YANG PENCURI?!" Yeoja itu menyerengai meremehkan laki-laki di depannya
sembari menyilangkan tangan di dadanya. Membuat sang namja paruh baya
melotot karena tertohok dengan kata-kata istrinya. Ah, bukan. Istri
bukanlah sebutan yang pantas untuk yeoja itu bagi namja yang hampir
berkepala empat tersebut.
Mr. Park kembali meledak, mengambil sebuah vas bunga dan bersiap
melemparkan ke wajah Mrs. Park, namun perasaan tidak tega terbesit di
hati dan pikirannya. Akhirnya ia melemparkan ke sembarang tempat tanpa
peduli akan mendarat di mana vas bunga itu.
Leeteuk mematung di tempat ketika melihat vas itu melayang ke
arahnya. Terlalu cepat sehingga ia tidak bisa menghindarinya dan
akhirnya mendarat di pelipis namja cantik itu.
Leeteuk yang menatap lantai, meraba pelipisnya takut-takut. Benda
cair berwarna merah itu memenuhi ruang di telapak tangannya. Pelipisnya
yang terluka mulai berdenyut. Ia mendongakkan kepalanya, menatap kedua
orang tuanya yang membulatkan bola matanya tanpa beranjak dari tempat
itu sekedar berkata, 'Gwaenchana?'. Tapi hingga beberapa detik Leeteuk
berdiri, mereka tidak bereaksi seperti keinginannya.
"Sudah kuduga," batin Leeteuk tersenyum kecut kemudian berjalan
menjauh dari tempat itu. Hanya satu tujuannya, Kim Heechul. Padahal ia
baru saja bertemu dengannya. Salahkan teman baiknya yang tidak datang
di saat ia sedang kacau begini. Andaikan hujan datang, tentu saja itu
sedikit membantu.
♥•*¨*•.¸¸ Bi ¸¸.•*¨*•♥
"Katakan padaku apa yang terjadi, eoh?" tanya Heechul menarik tangan
Leeteuk dan mendudukkan di ranjang king size miliknya. "Tunggu di sini
dan jangan bergerak!" suruh Heechul yang dijawab dengan senyuman oleh
Leeteuk, membuat Heechul berdecak kesal lalu cepat-cepat keluar mencari
kotak obat. Bagaimana bisa dia masih tersenyum sedangkan darah di
pelipisnya sudah mengalir hingga pipinya dan mengotori bajunya?
"Appo?" tanya Heechul setelah kembali dan membersihkan luka yang
sudah mulai mengering. Huft, entah sudah berapa gulung tisu dan box
kapas untuk mendarahan tersebut. Leeteuk menggeleng pelan. Sejak tadi
ia terus menatap Heechul yang tengah mengurus lukanya.
"Selesai! Kau berhutang cerita padaku, arraseo?! Semuanya!" ucap
Heechul setelah menempelkan plester pada luka Leeteuk. Matanya menajam,
tanda meminta penjelasan.
"Kalau aku tidak mau?" tanya Leeteuk polos.
Tidak disangka, tiba-tiba Heechul mengecup dalam bekas luka namja
cantik itu yang tertutup plester. Kedua matanya terpejam seakan
menikmati sensasinya. Leeteuk membulatkan mata almondnya. Jantungnya
berdegum tak karuan. Darah di wajahnya berkumpul di pipi halusnya dan
membuatnya hangat saat bibir tebal itu menyentuh kulit pelipisnya yang
tidak tertutup plester.
"Akan kubuat kau mengatakannya," tegas Heechul setelah melepaskan
kecupannya. Ia menatap mata Leeteuk sembari tersenyum licik. Rencana
apa yang akan ia lakukan?
Di sisi lain, namja cantik itu hanya terbengong di tempat.
Sepertinya, rohnya melayang keluar. Astaga, apa itu tadi? Kenapa
jantungnya berdetak lebih cepat seakan ada puluhan kembang api? Aliran
darahnya pun ikut berdesir tak karuan.
"Baiklah. Tunggu aku di sini, oke!" Heechul beranjak keluar untuk
menyiapkan semua rencananya. "Jangan tidur, ara!" perintahnya yang
dijawab anggukan dan tatapan tak mengerti oleh Leeteuk.
BRAKKK!!
Pintu kamar terbuka keras dan menampakkan seorang namja yang
tersenyum senang dengan mata yang berbinar. Seketika Leeteuk yang tadi
termenung di dekat jendela memikirkan kejadian tak terduga tadi menoleh
ke arah munculnya suara.
"Kajja~ Sekarang waktunya. Ikut aku!" Heechul membalikkan badannya
lalu beranjak menuju balkon kamarnya.. Leeteuk yang tak bisa membantah
akhirnya hanya bisa mengikuti kemauan namja yang telah membuatnya
kehilangan akal sehatnya.
"Oke, sekarang aku akan menanyakan beberapa pertanyaan dan kau hanya
perlu menjawab 'hmm' jika benar, menggeleng jika salah, ara?!" Heechul
mulai mengintiminasi Leeteuk dengan menatapnya secara dekat dan
memegang bahunya. Sikapnya itu hanya bisa membuat namja cantik yang
hatinya tengah kacau itu mengangguk pasrah.
Heechul memasang wajah serius. "Sesi pertama. Luka ini... apa kau
dipukuli?" tanyanya menyentuh pelipis Leeteuk yang telah ia plester.
Leeteuk menggeleng.
"Jatuh?" Leeteuk menggeleng lagi. "Kecelakaan?" tanya Heechul dan
dijawab dengan gelengan lagi. Begitu seterusnya hingga tiga pertanyaan
kedepan.
Heechul menunduk pasrah masih dengan memegang bahu namja cantik itu.
"Huft.. oke, terakhir. Masalah keluarga?" Leeteuk membulatkan matanya
dan sedikit membuka mulutnya kaget. "Benar?"
"Hmm"
"Karena itu kau menyukai hujan?"
"Hmm," jawab Leeteuk yang terperanjat kaget. Ia tidak menyangka namja di depannya bisa berpikir seperti itu.
"Sekarang sesi terakhir. Kau harus jujur, ne! Jika tidak, bersiaplah
mendapat hukuman, ara!" Heechul terkekeh senang melihat raut namja
cantik di depannya menegang. "Siapa namaku?" lanjutnya.
"K-Kim Heechul," jawab Leeteuk gugup.
"Kau Park Jungsoo, aniya?" Pertanyaan Heechul kali ini membuat Leeteuk mengkerutkan dahinya. Namun, kemudian ia mengangguk.
Heechul semakin mendekatkan wajahnya hingga Leeteuk memundurkan
kepalanya dan semakin mencengkeram pagar balkon. "Atau Leeteuk??" tanya
Heechul lagi.
Seketika raut wajah Leeteuk semakin tegang. 'Apa? Leeteuk?
B-bagaimana bisa?' pikirnya. Memang sejak awal ia tahu semuanya tentang
Heechul tapi ia tidak tahu jika Heechul juga tahu tentang dirinya.
Sepertinya sudah waktunya untuk memberitahukan semuanya.
"Sudah kuduga," gumam Heechul menunduk sembari mendesah. "KAU!!!"
bentaknya lantang. "JELASKAN PADAKU SETELAH KAU MENERIMA HUKUMAN DARIKU,
ARO!!" lanjut Heechul membuat pucat Leeteuk.
Leeteuk tidak menyangka ia akan semarah itu. "A-aku.." Belum saja
Leeteuk melanjutkan ucapannya, bibirnya justru sudah terkunci oleh
bibir tebal Heechul yang tadi sempat mampir di pelipisnya.
Heechul semakin memperdalam kecupannya. Kedua tangannya ia gunakan
mengunci tubuh namja cantik itu yang memang telah tersudut. Matanya
terpejam mencoba menikmati bibir tipis nan manis itu dengan
menghisapnya sesekali.
Sedangkan Leeteuk, ia terpaku di tempat dan pasrah menerima keadaan
itu. Mau bagaimana lagi, sekalipun pikiran menolak tapi hatinya
meloncat senang dan tubuhnya juga tak bisa digerakkan. Darahnya
berdesir membuat pipinya memanas dan detak jantungnya berdegum kencang.
Kakinya terasa lemas. Sepertinya, tulang kakinya berubah menjadi
jelly.
Tak beberapa lama kemudian, Leeteuk memejamkan matanya sembari
tersenyum dan membalas kecupan itu saat mendengar sesuatu yang sudah
tidak asing di telinganya. Hujan. Malam ini tiba-tiba saja turun hujan.
Kenapa Leeteuk tidak mencium aroma tanah sebelumnya? Hmm, aneh.
Di antara malam dan guyuran 'hujan', mereka melanjutkan pembicaran
dan tentu saja setelah adegan kissing berakhir. Dari situ Heechul tahu
alasan Leeteuk sangat menyukai hujan. Tentu saja bukan hanya itu yang
harus Leeteuk. Ada 3 hal, yaitu hubungan orang tuanya, hujannya, dan
Heechul. Ah, bisakah dikatakan Heechulnya? Tentu saja.
Sejak kecil orang tuanya tidak pernah akur dan selalu bertengkar
jika bertemu di rumah. Leeteuk kecil yang tertekan hanya bisa diam di
kamar sembari menutup telinganya dengan bantal. Tapi, jika hujan ia
tidak perlu melakukan itu karena suara hujan akan meredam semua suara
menyeramkan dari balik pintu kamarnya. Akan lebih baik jika kilat dan
petir ikut meramaikan suasana.
"Mianhae, aku tidak datang lagi saat itu," ucap Leeteuk lirih.
Tangannya terjulur, membiarkan tangannya basah terkena tetesan hujan
dari atap balkon.
"Ya ya ya, aku tahu. Karena itu aku menghukummu." Heechul memutar
kembali memorinya ketika ia berhari-hari datang ke taman di mana ia
bertemu pertama kali dengan namja di sampingnya. "Lalu, kenapa kau
tidak bilang yang sebenarnya tentang siapa dirimu sementara kita
sekelas? Tidak adil. Jika aku tahu akan begitu, dulu saat kau bertanya
namaku, kujawab dengan nama samaran saja. Kau sengaja melakukannya,
ani? Huh!"
Leeteuk menggeser tempatnya berdiri dan menatap Heechul. "Kau yang tidak bertanya tentang diriku, " ucapnya polos.
"Ya!" Heechul melotot kesal. Membuat namja cantik di hadapannya tertawa senang. Penjelasan macam apa itu?
"Hujan ini...." Leeteuk menggantungkan ucapannya. Tak sadar Heechul
yang tengah was-was. "Gomawo, Chullie~ya" Heechul tersenyum puas.
Sementara itu di atas atap balkon, empat orang namja yang berseragam orange tampak menggerutu kesal.
"Dasar anak muda! Bagaimana bisa dia menipu kita, eoh?" ujar pria bertubuh gemuk pada temannya.
"Ya, alasan macam apa itu tadi? Menambah kesan romantis? Cih," dumel
yang lainnya. "Awas saja! Akan kuminta bayaran lebih mahal nanti." Ia
ingat beberapa jam yang lalu seseorang menelpon kantor pemadam
kebakaran tempatnya bekerja dan menyuruh mengerahkan 4 mobil pemadam ke
rumahnya.
Namun apa yang terjadi setelah ia dan temannya sampai di rumah si penelpon?
'Di mana kebakarannya?' tanyanya.
Lalu si penelpon menjawab dengan santai, 'Di hati kekasihku, Ahjussi."
"Sudahlah, Hyukkie~ah. Setidaknya kita tidak harus repot dan tidak
perlu mempertaruhkan nyawa kita kali ini. Benar 'kan, Wonnie," lerai
namja berambut blonde dan bermata sipit.
"Nde, benar yang dikatakan Yesung hyung. Kita harus berterima kasih
padanya, Hyukkie, Shindong hyung." Namja bernama Siwon tersenyum nakal
masih dengan memegang selang besar yang tersambung ke mobil pemadam
yang ada di samping rumah. Hal yang sama dilakukan oleh ketiga teman
lainnya. "Tapi sepertinya kita terlambat menyemprotkan air ini,"
lanjutnya.
"Salahkan bocah itu yang teriaknya aneh!" sewot namja bertubuh kurus seperti Anchovy dan dibenarkan Shindong.
Aa, pantas saja tadi Heechul menaikkan volume suaranya ketika bicara
akan menghukum namja cantik itu. Rupanya itu sebuah kode, readers :D
♥•*¨*•.¸¸ Bi ¸¸.•*¨*•♥
Ketika hujan turun, semua malaikat juga turun untuk memberikan kabar
gembira kepada manusia. Tapi sayang, tak banyak manusia yang dapat
menerimanya. Bukan karena sang malaikat yang tidak memberi secara
merata, namun karena manusia sendiri yang tidak puas dan tidak
bersyukur atas apa yang sudah diberikan oleh Yang Di Atas.
Bagi Leeteuk, hujan yang turun membasahi bumi dan menghidupkan yang
mati sama dengan menghidupkan dan menyejukkan hatinya. Tidak ada hujan
semua akan kering, layu, dan akhirnya mati. Tapi, Leeteuk tidak
khawatir lagi jika hujan tidak datang. Karena ia tahu, Kim Heechul akan
membuat hujannya sendiri.
♥•*¨*•.¸¸ Bi END ¸¸.•*¨*•♥
Thanks to read, everybody ^^ #bow