Jumat, 02 November 2012

FF YunJae//YAOI//Dead At Heart//Oneshort


Title :: Dead At Heart
Genre :: Angst, romance, sad, crime, golekno dewe #dikuliti readers#
Cat :: YunJae of course & Slight :: Changmin, Yoochun, dll.
Disclaimer :: Cast milik kalian #cassie, yjs jingkrak2# But THIS FF IS MINE!!
Warning ::
- Terlalu banyak kesalahan dalam penulisan. Maaf..
- Semua ide murni milikku, jika ada kesamaan itu faktor ketidaksengajaan. Maaf..
- HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH TUHAN Yang Maha Esa!!
 Notes :: Italic = FlashBack




Namja tinggi bertuxedo putih itu berjalan santai sembari membopong pengantin cantiknya. Tatapan mata yang bahagia terpancar dari balik biji onix-nya. Senyum yang bertengger di bibir tebalnya pun ikut menemani langkahnya melewati altar merah yang menjadi bagian saksi bisu cinta kedua insan itu. Dengan dada berdebar, ia terus memandangi sosok cantik di dekapannya.

Namja itu meletakkan pengantin barunya di jok mobil belakang setelah sang sopir membukakan pintu untuk pasangan tersebut. Suara deruman halus yang keluar dari mesin mobil mulai terdengar dan dilanjutkan dengan gerakan lambat yang berangsur cepat membelah jalanan kota Seoul, seakan memamerkan kebahagian mereka pada dunia melalui mobil pengantin itu.

Hingga beberapa menit kemudian mobil itu berhenti tepat di depan sebuah mansion klasik ber-cat putih susu dan soft purple pada sudut-sudut tertentu. Sang sopir membukakan pintu mobil dan mempersilahkan pasangan muda tersebut. Namja tampan itu kembali membopong sang istri dengan lembut.

"Gomawo, Ahjussi," ucap namja itu sambil tersenyum ramah. Kemudian, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh memasuki rumah barunya tersebut. Tanpa ia ketahui, sang sopir itu tersenyum miris sembari menatap punggung namja tampan itu yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangannya.

Namja tampan bermata tajam itu mulai memegang engsel pintu kamar mere, memutar perlahan dengan sedikit kesusahan dan mendorongnya. Ia memasuki kamar yang tidak terlalu luas. Berbagai macam buket bunga menghiasi hampir tiap inci sudut ruangan tersebut.

"Welcome in our heaven, Boo. Lihat ini! Apa kau suka? Ehm~ aku yakin kau akan suka," ucap namja itu.

Lalu ia berjalan diantara kelopak-kelopak bunga mawar merah yang bertebaran dimana-mana menuju sebuah ranjang king size mewah yang setengah tertutup oleh kelambu berwarna soft purple.

"Aigoo~ kau lelah, eoh?" tanyanya setelah meletakkan namja cantik itu yang tengah terlelap. Lalu, ia duduk di pinggir ranjang itu sembari mengamati intens setiap lekuk wajah istri cantiknya.

»»» °°YunHo pov°° «««

Hei sayang, taukah kau betapa cantiknya dirimu? Rambut halusmu yang berwarna karamel, alismu yang tegas dan rapi, bola matamu yang bulat bak hazel dan akan mengkilat setiap kali kau merengek meminta sesuatu, hidungmu yang runcing, dan juga bibir merahmu yang kini telah kehilangan tintanya namun itu tak dapat mengurangi kecantikanmu, sayang. Kau seperti mannequin hidup. Ah, tidak. Kau lebih cantik dari itu. Semua keindahan terlukis di dirimu.

Hei sayang, bisakah kau berhenti membuatku terpesona? Aku benar-benar gila karenamu. Bahkan dengan kau terlelap seperti ini saja, jantungku seakan ingin melompat keluar dari tempatnya jika aku menatapmu. Maafkan aku yang bodoh ini karena pernah membuatmu terluka. Tapi jangan khawatir, setelah ini aku berjanji akan membahagiakanmu. Hanya berdua, kau dan aku.

Kau tahu, hari ini benar-benar moment terindah bagiku. Dapat bersumpah di depan pendeta, menggendongmu melewati altar merah, dan yang paling aku suka adalah dapat melihatmu mengenakan gaun pengantin ini. Dulu kau selalu ngotot ingin mengenakan white suit jika kutanya tentang pernikahan kita. Tapi, pada akhirnya kau menurut juga padaku. Gomawo, honey. Lihat! sekarang kau benar-benar cantik mengenakan gaun ini.

"Hiks.. kenapa aku seperti ini? Ini benar-benar mengerikan, Yun. Hiks.. Gaun ini membuatku gatal," keluhmu ketika kau bercermin di butik pengantin satu bulan yang lalu.

Aigoo~ kau tau, saat melihatmu keluar dari kamar ganti, rasanya rohku melayang keluar. Tapi melihat matamu merah aku pun tersadar dan berusaha merayumu agar tidak menangis.

"Mengerikan apa? Kau benar-benar cantik, Boo. Kau sangat pantas memakainya. Aku sampai tidak percaya ini adalah kau. Aku kira ini mimpi," pujiku sembari menjepit hidungmu.

"Hiks.. benarkah aku pantas memakainya, Agashi?" tanyamu meragukan ucapanku. Karyawan itu pun tersenyum dan mengangguk mantap.

Kau membuatku cemburu saat itu, Boo. Masa' pada kekasihmu sendiri kau tidak percaya, tapi langsung percaya ucapan orang lain. Huft, tapi tetap saja aku tidak bisa marah padamu, kecuali jika kau berani menduakan aku, sayang. Tapi aku rasa kau tidak akan berbuat seperti itu padaku. Aku percaya padamu.

»»» °°YunHo pov End°° «««

Yunho membelai lembut pipi pucat istrinya. Meraba tiap inci wajah Jaejoong -nama istrinya- hingga tak ada satu pun bagian yang terlewat. Ia tampak senang dari luar. Tapi tidak dengan pikirannya. Tak bisa dipungkiri sesuatu terus menghantuinya. Kilasan kejadian memilukan beberapa hari yang lalu terus berputar di kepalanya.

Masih dengan membelai wajah pujaan hatinya, tak sadar cairan bening keluar dari ekor mata musangnya secara perlahan. Namun, lama-kelamaan menjadi tangisan yang memilukan.

"Lihat! Dia enak-enakkan party sedangkan kekasihnya sedang bercumbu dengan orang lain. Kasian sekali kau, Jung."

Kemudian, "KIM JAEJOONG!!" bentak Yunho.

"Yun- Yunnie? hiks.. kau datang? Tol..."

"KAU BERHARAP AKU TIDAK DATANG??!! LALU KAU BISA MENIKMATI MALAM BERSAMA DENGANNYA, BEGITU?!! KAU MEMANG JALANG, KIM!!!"

"I-ini tidak seperti yang kau bayangkan, Yun. Hiks.. percaya padaku.. jebaaal.. hiks.."  mohon namja cantik itu pada kekasihnya yang salah paham.

Yunho yang kalap melihat pemandangan menjijikan itu mengacuhkan perkataan kekasihnya. Bagaimana bisa ia berpikir jernih melihat kekasihnya yang akan menjadi istrinya dua hari mendatang, sekarang justru bercumbu dengan pria lain.

Taecyeon, namja yang tidur dengan namja cantik itu menyeringai puas saat rencananya untuk membuat mabuk, meniduri Jaejoong dan Yunho –musuhnya- melihat hal itu sekarang berhasil. "Ck, kau mengganggu kami, Jung!"

"DIAM KAU, BRENGSEK!"

"Yunnie jebaaal... jangan dengarkan dia.. hiks.. percaya padaku.. hiks.."

"Tetap di tempatmu, Kim Jaejoong! Arraseo, kubiarkan kalian bersama. Se-la-ma-nya! Selamat tinggal, Kim."

Detik itu juga Yunho berhenti memikirkan kejadian selanjutnya. Ia tak sanggup mengingatnya kembali. Terlalu menyakitkan.

Beruntung getaran ponsel miliknya mampu membuatnya lupa sesaat. "Yoboseyo?" sapanya setelah menjauh dari ranjang dan berdiri di dekat jendela yang tertutup rapat.

"Hyung, akhirnya kau mengangkat teleponku. Kau dimana, eoh? Aku mohon pulang lah. Kami semua mencemaskanmu. Kau tahu, sekarang eomma sakit karena memikirkanmu. Appa mendapat surat panggilan karena sering absen hanya untuk mencarimu. Ku mohon pulang lah..." Terdengar suara memohon dari seberang telepon.

"Tidak. Aku tidak akan pulang, Minnie. Sampaikan salamku pada mereka."

"Waeyo, hyung? Kau tidak bisa begini. Apa yang membuatmu tidak ingin pulang, huh?!" Orang itu mulai kesal.

"Aku akan hidup bahagia dengan Boojae-ku di sini," jawab Yunho tersenyum sembari menatap sebuah pohon sakura di balik jendela.

"HYUNG!!!" Suara teriakkan terdengar di telinga Yunho.

"Kumohon lupakan dia. Jaejoong hyung sudah pergi. Dia.. hiks.. sudah pergi meninggalkanmu, hyung. Hiks.. jebaaal. Lupakan dia. Kau tidak harus menyiksa dirimu seperti ini," tangis dongsaeng namja tampan itu pecah.

Yunho membesarkan matanya, namun detik berikutnya sebuah lengkungan tercetak di bibirnya. Ia memutar tubuhnya, menatap bahagia pada namja cantik bergaun putih yang tengah tidur di ranjang pengantin. Bagaimana bisa Changmin -namja yang menelepon Yunho- mengatakan bahwa Jaejoong sudah pergi sedangkan dirinya ada di depan Yunho? Ah, mungkin karena Changmin tidak melihat Hyung-nya itu sudah menikah dengan Jaejoong. Pikir Yunho.

Tak ingin berdebat lebih lama dengan adiknya, ia pun menjawab seadanya. "Haha, arraseo. Kau tidak perlu memikirkan aku. Cukup jaga Umma dan Appa demi aku, otte?" pesannya sedikit terkekeh.

"Ingat! jangan menungguku lagi. Biarkan aku menentukan jalan hidupku sendiri, Minnie~ya.." pinta Yunho dan dilanjutkan dengan memutuskan sambungan telepon sebelum Changmin membuka mulutnya lagi.

Tak ingin ada yang mengganggunya lagi, Yunho mematikan ponsel dan mematahkan sim card-nya.
Kemudian ia berjalan ke pintu untuk menguncinya. Begitu juga jendelanya yang juga ditutup rapat. Setelah itu ia mengambil beberapa butir pil obat atau lebih tepatnya racun dari laci dan menelannya langsung.

Masih dengan berpakaian lengkap ala pengantin, Yunho ikut berbaring di sisi kanan istrinya. Menyusupkan tangan kirinya di tengkuk namja cantiknya, sedangkan tangan kanannya menarik tubuh Jaejoong hingga dada mereka saling berhimpitan.

"Tadi Changmin meneleponku, Boo. Aku tidak tahu dengan ucapan bocah itu yang mengatakan kau sudah pergi, sedangkan sekarang kau berada dipelukanku. Anak itu benar-benar lucu," ucapnya dengan tangan yang sibuk membelai pipi pucat istrinya. Hingga gerakan tangannya terhenti karena melihat bekas luka di pelipis namja cantik itu. Tak segan-segan, ia pun mengecupnya lama berharap bekas luka itu dapat hilang.

"Baiklah, Boo. Sekarang saatnya kita untuk hidup bahagia. Lupakan semua masalah pernah ada di antara kita. Kau hanya perlu fokus terhadap masa depan kita, ne," lanjutnya. "Aigoo~ seberapa lelahnya dirimu, eoh? Lama sekali tidurmu. Dasar gajah nakal."

Yunho tersenyum sembari mencium lembut bibir cherry Jaejoong yang kini telah kehilangan warna merahnya. Merasa tak puas, ciuman Yunho beralih ke seluruh penjuru wajah cantik Jaejoong. Ia tampak gembira meskipun dengan air mata yang keluar melalui kedua mata musang miliknya.

"Saranghae, Boo. Yeongwonhi," gumam Yunho setelah melepas ciumannya dan berganti dengan memeluk raga tanpa jiwa istrinya itu.

Yunho merasa matanya berat pun ikut memejamkan matanya dengan pikiran yang masih sempat aktif dan memutar kejadian dua hari lalu yang amat sangat memilukan hingga akhirnya kegelapan menyelimuti saat tubuhnya mulai kacau.

Dorrr!!
Dorrr!!

Suara letupan revolver saat itu memenuhi kamar apartment mewah yang tampak redup. Setelah itu, seorang namja tampan berjalan santai meninggalkan dua orang yang tadi sempat bercumbu dengan keadaan bersimbah darah memenuhi tubuh mereka dan juga sepreinya. Sebelum keluar dari pintu, ia menyempatkan diri untuk meletakkan pistol di tangan sang pria berotot yang menjadi salah satu korbannya.Menghilangkan bukti, eoh?

"Aku sudah membunuh mereka."

Lalu seorang berpipi chuby melotot tidak percaya. "KAU GILA!! KAU MEMBUNUH KEKASIHMU SENDIRI TANPA MENDENGAR PENJELASANNYA DULU, HUH??!!"

"Aku tidak butuh penjelasan. Bukti nyata ada di depan mataku." Pembunuh itu tampak santai setelah berhasil membunuh kekasihnya dan pria yang dianggap selingkuhannya.

"Kau benar-benar pria terbodoh yang pernah aku temui, Jung. Kau bahkan tidak percaya jika kekasihmu itu dijebak."

"Berhenti membelanya, Park!"

"KAU MAU BUKTI. BAIK! AKAN KUBUKTIKAN! IKUT AKU!"

Detik berikutnya, setelah teman si pembunuh membuktikan kebenarannya, Yunho -nama pembunuh itu- seperti kehilangan nyawanya. Semua otot sendinya tegang. Namun, kakinya terasa sangat lemas seakan tulangnya berubah menjadi jelly. Tidak ada kata, tidak ada kedipan dari matanya, hanya ada suara lembut napasnya dan air mata yang keluar dari kedua mata musangnya yang membuktikan betapa sakit dan juga bodoh dirinya.

Masih tersimpan di benaknya ketika beberapa menit yang lalu Jaejoong memohon pada kekasihnya untuk percaya padanya. Tapi tidak ada ekspresi memohon ketika dirinya menodongkan pistol tepat ke arahnya. Kekasihnya itu hanya menatap dengan wajah pasrah sekaligus sakit saat Yunho tidak lagi percaya pada kekasihnya.
 >> 2 years later
Setelah dua tahun mencari keberadaan Hyung-nya, Changmin bersama seorang namja memasuki sebuah mansion klasik ber-cat putih dan soft purple yang kini tampak kotor oleh daun-daun kering yang berguguran di halaman mansion tersebut. Meskipun begitu, bangunan itu sendiri masih tampak kokoh dan cukup bersih. Mungkin hanya debu dan sarang laba-laba yang menjadi hiasan alaminya.

"Yoochun hyung, kau yakin ini alamatnya?" tanya salah satu namja tinggi itu. Ia seperti ketakutan.

"Aku sangat yakin, Minnie. Sopir yang pernah mengantar mereka yang mengatakannya sendiri," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pada secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat. "Benar ini, Min. Kajja kita masuk!"

Namja chubby itu mengetuk pintu berkali-kali namun karena ada yang membukanya mereka memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut.

"Aku akan berkeliling.”  Yoochun melenggang menelusuri tiap ruangan setelah berhasil masuk.

"Aku periksa lantai dua kalau begitu."

Benar, tiap ruangan memang masih indah jika saja tidak ada debu dan sarang laba-laba. Semua perabotan tetap di tempatnya sama seperti dua tahun yang lalu. Ketika sepasang pengantin tinggal di situ.

"Minnie, kau berhasil menemukan mereka?" tanya Yoochun ketika sudah berada di sebuah kamar yang lantainya berserakan kelopak-kelopak mwar merah yang kini menjadi hitam dan tak berbentuk lagi.

"Hiks.." isak Changmin sembari berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di lutut kakinya. Melihat itu, Yoochun tampak kaget. Namun semakin kaget ketika melihat sesuatu tepat di ranjang pengantin di depan matanya.

Dua orang yang tengah berpelukan. Seseorang yang memakai tuxedo putih lengkap dengan sepatunya dan satu orang lainnya mengenakan gaun pengantin putih.

Seketika tubuh Yoochun merosot. Ia kenal betul mereka yang tengah tertidur dalam keabadian itu. Jasad mereka utuh, tidak membusuk dan tidak bau. Hanya sedikit keriput kulitnya. Mereka seperti sedang tertidur dalam keabadian. Yoochun meyakini bahwa teman gilanya -Yunho- telah merencanakan semua ini sejak kejadian itu. Ia juga tahu bagaimana Yunho dapat melakukan semua ini. Untuk seorang dokter yang kenal dengan berbagai obat dan bahan kimia, tentu tak sulit.

Kau akan membawanya kemana?”

“Kau tidak perlu tau. Jangan katakana apapun tentang ini. Biarkan saja namja itu di dalam. Polisi tidak tahu kalau ini kasus pembunuhan kecuali kau yang melaporkannya.”

Saat itulah hari terakhir kali Yoochun melihat sahabatnya – Yunho- yang sedang membawa tubuh kekasihnya yang tak lain adalah Kim -Jung- Jaejoong.

>> END



Well, tidak memaksa buat CL, karna kepuasaan reader adalah prioritas utama bagiku. Tapi klo mw kritik, saran, bash, flame untuk membangun sih tidak masalah. Itu sangat berarti meskipun hanya satu huruf. :D
Terakhir, Gomawo buat semuanya yg sudah meluangkan waktu untuk membaca FF produk gagal ini :*


This is My World © 2008 Template by:
SkinCorner